Jakarta, CNN Indonesia -- "Suatu hari nanti, saya akan membuat film monster seperti itu.” Begitulah cita-cita yang digantungkan setinggi langit oleh Eiji Tsuburaya usai menyaksikan film
King Kong (1933).
“Saat saya bekerja untuk Nikkatsu Studios, film
King Kong ditayangkan di Kyoto dan saya tak pernah bisa melupakan film itu,” kata Eiji sebagaimana dikutip laman
Godzilla.Wikia.Sekalipun kedengaran mengawang, toh tercapai juga cita-cita pria kelahiran Sukagawa, Fukushima Prefecture, Jepang, 7 Juli 1901. Dialah kreator di balik film
Godzilla (1954) dan
Ultraman (1966).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hari ini (7/7), momen 114 tahun kelahirannya diperingati dan dijadikan Google Doodle yang unik. Bukan sekadar logo, melainkan animasi tentang formula film monster era enam dekade lalu.
Sepanjang kariernya, salah satu sutradara yang memiliki kecakapan efek spesial ini telah memproduksi lebih dari 250 film bergaya Tokusatsu atau film aksi
live khas Jepang.
Di antara semua film kreasinya, paling populer adalah
Ultraman—film pertama yang diekspor ke berbagai negara. Laman
Independent pun menabalkan Eiji sebagai
Godfather budaya pop.
Karakter Godzilla dan Ultraman diperankan aktor berkostum khusus. Kedua film ini dianggap sebagai pionir dalam menebarkan visi Jepang di
genre yang didominasi Amerika Serikat.
Tsuburaya Productions yang dibangun Eiji pun menjadi industri yang sangat berkembang. Lanskap fiksi ilmiah, fantasi, dan sinema pun berubah gara-gara
Godzilla dan
Ultraman.Film itu jugalah yang menginspirasi generasi berikut di berbagai negara, dari
Power Rangers, Gorgo, Reptilicus, Yonggary, The Super Inframan, The Mighty Peking Man, sampai
Pacific Rim.
Kemampuan sang inovator efek spesial dalam menampilkan monster penghancur gedung, pesawat dan tank dalam balutan fiksi ilmiah, fantasi dan horor disebut-sebut paling maju di eranya.
 Film Godzilla versi anyar. (CNNIndonesia Internet/Courtesy of Warner Bros. Picture - © 2014 Legendary Pictures Funding, LLC and Warner Bros. Entertainment Inc) |
Perjalanan karier sang Raja Monster terangkum secara lengkap di biografi
Eiji Tsuburaya: Master of Monsters: Defending the Earth with Ultraman and Godzilla.
Dalam
doodle versi animasi yang dibuat oleh
doodler Jennifer Hom dan Mark Holmes digambarkan langkah-langkah rumit pembuatan film monster, sebab tanpa kecanggihan
computer-generated imagery (CGI).
Demi menggarap
doodle kali ini, Jennifer khusus mengunjungi Tsuburaya Productions. Tentu saja ia bersuka cita, apalagi ia memang pencinta film, juga pemerhati seni Tsuburaya.
“Benar-benar beruntung bisa mengunjungi studio itu demi proyek kali ini,” kata Jennifer. “Pasca kunjungan, saya merangkum
doodle yang mampu menampilkan betapa rumit pembuatan Tokusatsu.”
Semula, Jennifer ingin membuat
doodle dalam format
game, namun urung. Akhirnya disepakati format animasi tentang langkah-langkah pembuatan film bertema monster.
Animasi tersebut dipersembahkan kepada suami Masano Araki yang tutup usia di usia 68, pada 25 Januari 1970. “Intinya,” kata Jennifer, “kami ingin membuat si raksasa keji menarik sekaligus
Googley.”
[Gambas:Youtube] (vga/vga)