Sosok Penting dalam Proklamasi Kemerdekaan

Riska Herliafifah | CNN Indonesia
Kamis, 18 Agu 2016 12:37 WIB
17 Agustus diperingati sebagai hari kemerdekaan tanah air dari penjajah. Siapa saja sosok yang kamu ketahui di balik peristiwa bersejarah tersebut?
Soekarno, salah satu Proklamator kemerdekaan Indonesia (Photo by Topical Press Agency/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Selamat ulang tahun, Indonesia! Seperti yang kita ketahui, 17 Agustus diperingati sebagai hari kemerdekaan tanah air dari penjajah. Siapa saja sosok yang kamu ketahui di balik peristiwa bersejarah tersebut?

71 tahun yang lalu di pada 10 Agustus Sutan Syahrir mendengar kabar bahwa Jepang sudah menyatakan menyerah pada sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Vietnam, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipuan Jepang. Ini karena Jepang sudah harus menyerah kepada Sekutu, demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar. Selain itu dapat berakibat sangat fatal bila para pejuang Indonesia belum siap.

Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan ‘hadiah’ dari Jepang.

Setelah mendengar Jepang menyerah pada tanggal 14 Agustus 1945, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke rumah Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo.

Laksamana Maeda merupakan seorang perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Hindia Belanda, pada masa Perang Pasifik. Selama penjajahan Jepang, ia menjabat sebagai Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat tentara kekaisaran Jepang.

Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan untuk 16 Agustus bersama Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pertemuan tersebut membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia, makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadiperistiwa Rengasdengklok.

Perisiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan terhadap Soekarno dan Hatta oleh golongan muda untuk mempercepat pelaksanaan proklamasi. Setelah kembali ke Jakarta dari Rengasdenglok, Soekarno dan Hatta menyusun teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda yang dibantu oleh Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro dan Sayuti Melik.

Peran Sayuti Melik adalah memberikan poin-poin penting dalam teks proklamasi. Dalam prosesnya, terjadi perbincangan yang cukup sengit tentang siapa yang menandatangani teks proklamasi. Lalu Sukarni menyatakan bahwa tidak perlu semua anggota menandatangani, cukup Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Memasuki hari yang paling ditunggu, persiapan yang serba mendadak sudah siap. Bendera kebanggaan berwarna merah putih dijahit oleh Fatmawati, Istri Soekarno. Pengibar bendera pusaka pertama dilakukan oleh tiga sosok bernama Latief Hendradiningrat, S Suhud, dan S.K Trimurtini.

Ketiganya berada di ruangan setelah Fatmawati menjahit bendera. Mereka adalah barisan pelopor yang kala itu hadir di Pegangsaan Timur no.56 untuk proklamasi kemerdekaan. Setelah Soekarno membacakan teks proklamasi, Latief dan Suhud kemudian menaikkan bendera.

Lagu Indonesia Raya berkumandang saat penaikkan bendera pusaka. Lagu tersebut diciptakan oleh W.R Supratman sebelum kemerdekaan berlangsung. Ia mengikuti sayembara yang kemudian diperdengarkan pertama kali pada Kongres Pemuda II tahun 1928. (rkh/rkh)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER