Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai bagian dari Festival Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad), Epicentrum 2016, Parade Jurnalistik mengadakan seminar bertajuk Media: Taman Bermain Anak Masa Kini. Pada seminar yang diadakan Selasa (22/11) di Auditorium Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad itu, para pembicara yang berasal dari praktisi media menawarkan solusi agar media dapat ramah dikonsumsi oleh anak-anak.
Menurut Wisnu Prasetyo Utomo dari Remotivi, solusi yang dapat dilakukan adalah melalui upaya struktural. Upaya struktural yang dimaksud yaitu dari sisi kebijakan. Misalnya, kebijakan yang membahas bagaimana seorang anak terlibat dalam produksi sebuah tayangan televisi. Menurutnya, banyak judul acara yang mendidik namun masyarakat tidak tahu bagaimana keadaan di balik layar. “Upaya struktural juga melibatkan literasi media termasuk menginjeksikannya ke dalam kurikulum pendidikan,” kata Wisnu.
Sementara menurut Kinanti Pinta Karana, Communication Specialist UNICEF Indonesia, dibutuhkan komitmen awak media untuk memberi tayangan yang bisa dinikmati serta mendidik sehingga anak memiliki life skills.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Life skills di sini yaitu kemampuan untuk mengatakan tidak kepada hal-hal buruk,” kata Pinta.
Selain praktisi media, psikolog pun dihadirkan. Psikolog Anak dan Remaja Jovita Maria Ferliana, berkata bahwa salah satu cara yang dapat dijadikan solusi adalah dengan mengembalikan fungsi orangtua. Orangtua dapat mencari dan mengembangkan minat anak sehingga anak tidak terfokus pada media yang tayangannya tidak baik.
Media di Indonesia masa kini dinilai tidak ramah bagi anak-anak berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Remotivi dan UNICEF Indonesia. Dari hasil survei Remotivi, 59 persen orang tua menilai tayangan di televisi tidak ramah bagi anak karena banyak mengandung konten kekerasan. Sementara hasil survei UNICEF, menunjukkan bahwa 90 persen tayangan tidak ramah karena kontennya tidak mendidik.
Jovita menerangkan beberapa dampak media bagi anak-anak masa kini. Misalnya dari aspek fisik, anak-anak masa kini cenderung menghabiskan waktu untuk bermain gawai sehingga rentan obese atau terlalu kurus.
Dari aspek motorik kasar, anak-anak masa kini memiliki atensi yang kurang karena tidak sering melakukan permainan yang mengharuskan berlari atau melompat seperti zaman dahulu. Dari aspek emosi, anak-anak masa kini memiliki emosi yang fluktuatif.
Meski sebagian besar tayangan dinilai tidak ramah anak, masih ada tayangan yang dianggap baik untuk anak-anak. Salah satunya yaitu program Laptop Si Unyil Trans 7.
Menurut Mutia Ginting, produser program tersebut, kelanggengan program ini disebabkan oleh komitmen untuk mencerdaskan dengan cara selalu melakukan kreativitas. Program ini juga dirancang agar tidak hanya menjadi tontonan untuk anak-anak, tetapi juga untuk orang dewasa. “Jadi Ibu dan Bapak yang menemani anaknya bisa menonton tayangan itu dan menikmatinya,” kata Mutia.
(ded/ded)