Jakarta, CNN Indonesia -- Microsoft telah menggandeng LINE Indonesia untuk menghadirkan
chatbot berbasis kecerdasan buatan bernama Rinna ke Indonesia, pada akhir Agustus lalu. Kehadiran Rinna telah meramaikan industri
chatbot yang lambat laun telah mengubah dunia komunikasi dan teknologi.
Dimulai pada 1994, Michael Mauldin menyebut program
chatbot dengan istilah “chatterbot”. Saat itu dia masih berkuliah di Universitas Carnegie Mellon. Mauldin menamakan robot verbal pertama itu dengan nama Julia. Saat ini ada ribuan
chatbot bertebaran di dunia maya. Dari industri jual beli, mobilitas, pendidikan, sampai kesehatan.
Rinna sendiri diprogram sebagai sosok wanita muda yang menarik dan bersahabat, yang digadang sebagai teman bagi pengguna LINE. Dia bisa belajar dari interaksi manusia dan merespons dengan kepribadian dan sudut pandang yang unik. Rinna juga mampu melindungi dirinya dari eksploitasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rinna dibuat dengan model generik
end-to-end berdasarkan teknologi Deep Learning dan dilatih oleh teknologi
big data dari mesin pencari Bing yang bekerja pada platform Azure.
Oleh karena itu, sistem pada Rinna dapat belajar dari kumpulan
big data dan memberikan tanggapan berdasarkan hasil pembelajaran juga menirukan otak manusia dengan menggunakan Natural Language Processing; sebuah proses untuk mengindentifikasi bahasa manusia secara bersamaan sehingga Rinna bisa meniru dan berbicara seperti wanita muda pada umumnya.
Teknologi kecerdasan buatan seperti Cortana bisa bertindak bak asisten pribadi. Namun Rinna lebih jauh. Dia dapat berkomunikasi dengan EQ (
emotional quotient) dan juga IQ (
intelligence quotient) kepada pengguna, sehingga Rinna dapat belajar dan beradaptasi dengan kebiasaan pengguna, serta mengembangkan preferensi percakapan.
“Rinna adalah bagian dari upaya kami dalam penelitian dan pengembangan kecerdasan buatan untuk berkomunikasi. Setiap hari, kami melakukan serangkaian tes terhadap Rinna, yang mengacu pada reaksi yang diberikan oleh pengguna saat mereka berinteraksi dengan Rinna. Dengan melakukan hal tersebut, kami berharap dapat meningkatkan pembelajaran kami mengenai chatting dan membuat kecerdasan buatan menjadi lebih nyata dan lebih dekat dengan masyarakat,” kata Irving Hutagalung, Audience Evangelism Manager Microsoft Indonesia, dalam keterangannya, Jumat (15/9).
Selain berkomunikasi, Rinna juga bisa menggambar sketsa, mengganti wajah seseorang dengan gambar lucu, bermain tebak kata, atau memainkan
othello.
Teknologi Rinna mengambil fundamennya dari teknologi Xiaoice yang diluncurkan Microsoft di China pada Mei 2014. Chatbot ini bertugas menyiarkan program televisi di Dragon TV, salah satu stasiun televisi terbesar di Shanghai. Rinna terlebih dahulu diluncurkan untuk publik Jepang pada Juli 2015.
“Kami ingin membawa pengguna LINE lebih dekat dengan informasi dan konten menarik yang dapat diberikan oleh Rinna melalui percakapan yang interaktif, karena kami percaya bahwa teknologi kecerdasan buatan akan memberikan efisiensi bagi pengguna kami,” kata Revie Sylviana, Business Development Director LINE Indonesia.