Jakarta, CNN Indonesia -- Cobalah menonton tayangan mengenai hewan dan biasanya kamu akan menemukan setidaknya satu peristiwa satu hewan membunuh hewan lain. Tapi dunia hewan memang begitu. Banyak spesies yang secara teratur dibunuh atau membunuh spesiesnya sendiri. Dengan berbagai faktor dan alasannya.
Di antara serangga dan hewan berkaki delapan, biasa terjadi kanibalisme. Misalnya belalang sembah jenis Tenodera sinensis yang membunuh pejantan dan memakannya sebelum, saat, atau saat kawin. Perilaku yang sama dilakukan oleh laba-laba black widow. Tentu tak semua pembunuhan jadi kanibalisme.
Perkelahian sampai mati untuk memperebutkan pasangan juga kerap terjadi. Beberapa spesies hummingbird bisa saling bertengkar sampai mati untuk memperebutkan pasangan. Atau malah membunuh calon pasangannya, seperti yang terjadi pada beberapa spesies katak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perilaku bunuh dan dibunuh juga biasa terjadi di dunia mamalia sosial. Sebuah penelitian tahun 2016, yang dilansir Live Science baru-baru ini, menganalisis 4 juta kematian pada 1.024 spesies mamalia, termasuk manusia.
Di Amerika Serikat sendiri, pada 2015, ada 16.000 kasus pembunuhan manusia, menurut data FBI. Motifnya macam-macam, mulai dari cemburu buta, rebutan harta, atau kebencian.
Tapi manusia tak berada di puncak 30 hewan yang paling banyak bunuh membunuh spesiesnya. Di puncak itu ada serigala, singa, dan primata kecuali manusia.
Ada juga kelompok binatang, yang mungkin kita kira damai-damai saja, tapi justru paling brutal. Contohnya, chinchilla ekor panjang, tupai tanah, beberapa spesies ungulate. Termasuk juga kuda liar, kijang, dan rusa. Semuanya berada di ranking top 50 paling tinggi kasus kematian akibat dibunuh spesiesnya sendiri.
Lantas binatang apa yang paling banyak membunuh sesamanya? Adalah meerkat yang termasuk dalam golongan itu. Sebanyak 20 persen meerkat menemui kematian di tengan spesiesnya sendiri.
Pada kelompok mamalia, pembunuhan terbesar melibatkan pembunuhan bayi. Pada kawanan meerkat, misalnya, betina yang dominan akan secara rutin membunuh bayi-bayi yang dilahirkan betina yang berada di bawahnya.
Tapi penelitian itu dikritisi lantaran mencantumkan juga manusia sebagai perbandingan. Alasan pembunuhan pada manusia sangatlah berbeda dengan hewan lain.