Sistem Pertanian Unik Masyarakat Kolepon, Papua

Jayapura, CNN Indonesia -- Suku Marind yang tinggal di Pulau Kolepon, Kabupaten Merauke memiliki cara bercocok tanam yang unik. Pulau Kolepon berbentuk seperti piring, dengan tepian lebih tinggi dan pada bagian tengah cekung yang merupakan dataran yang rendah.

Dataran rendah ini akan menjadi sebuah danau selama musim hujan. Perkampungan terletak pada lahan yang telah ditinggikan. Areal kebun dibuat dengan cara membuat gundukan-gundukan di perairan dangkal.

Untuk menuju ke kebun digunakan alat transportasi berupa perahu dari sebatang pohon yang diberi lubang di bagian tengahnya. Cara unik dalam mendayung perahu ini, yaitu dilakukan dengan cara berdiri.

Penggunaan lumpur hitam yang kaya akan unsur organik (humus dan bakteri) telah menciptakan sistem perkebunan yang efisien. Jalur-jalur tanah kebun yang ditinggikan tersebut dibuat saat air pada posisi titik terendah.

Alang-alang di rawa dipotong lebih tinggi dari batas permukaan, selebar dua hingga tiga meter, panjangnya tergantung pada waktu dan tenaga kerja yang tersedia.

Lapisan tanah yang tipis dicampur dengan timbunan rumput, menaikkan tanah kebun sesuai ketinggian yang diharapkan. Tanah liat yang digali sekitar areal kebun membentuk selokan, hal ini penting bagi kondisi kelembaban tanah.

Keladi dan kava ditanam pada lahan yang lebih rendah, sedangkan ubi jalar dan umbi-umbian ditanam pada lahan yang lebih tinggi. Umbi jalar (Discorea alata) merupakan jenis umbi terpenting yang ditanam oleh Suku Marind.

Setiap tahun diselenggarakan Festival Ndambu di Pulau Kolepon, dalam festival ini dilombakan umbi jalar terbesar. Bagi mereka, merupakan suatu prestise tersendiri bagi yang memiliki umbi berukuran paling besar. (ded/ded)