Bagaimana Cara Melihat Hilal untuk Menentukan Awal Ramadhan?

CNN Indonesia
Sabtu, 09 Mar 2024 08:00 WIB
Ilustrasi. Hilal dalam Al Quran memiliki arti kalender bagi ibadah dan aktivitas manusia. Simak bagaimana cara melihat hilal Ramadhan berikut ini (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dalam kalender Hijriah, pergantian fase bulan menjadi cara untuk menentukan awal bulan. Untuk itu, menjelang 1 Ramadhan, pemerintah Indonesia akan melakukan pengamatan hilal dan menggelar sidang isbat.

Hal tersebut penting untuk mengetahui kapan sebenarnya 1 Ramadhan terjadi sehingga seluruh umat Islam di Indonesia dapat melakukan ibadah puasa. Sebenarnya bagaimana cara melihat hilal Ramadhan?

Sebelum mengetahui cara melihat hilal untuk menentukan awal Ramadhan, penting untuk memahami pengertian hilal terlebih dahulu.

Apa itu hilal?

Melansir dari NU Online, hilal dalam Al Quran memiliki arti kalender bagi ibadah dan aktivitas manusia, termasuk di dalamnya haji dan puasa.

Sementara itu, dalam ilmu sains, hilal dapat diartikan sebagai fase bulan sabit atau crescent yang menampakkan cahaya ke bumi sesaat setelah matahari terbenam.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa hilal adalah fase bulan yang menampakkan cahaya yang terlihat ke Bumi pada awal bulan.

Cara melihat hilal Ramadhan

Terdapat dua cara melihat hilal Ramadhan yang dilakukan di Indonesia, yakni rukyatul hilal dan hisab. Berikut penjelasannya.

1. Rukyatul hilal

Rukyatul hilal adalah metode yang digunakan oleh Pemerintah dan NU dengan mengobservasi langsung penampakan hilal. Hilal harus terlihat dan tampak oleh mata manusia.

Jika tidak tampak maka hilal dianggap tidak muncul. Oleh karena itu, banyak orang melihat dan mengamati penampakan hilal secara langsung ke langit.

Biasanya, penggunaan metode rukyatul hilal dilakukan pada bulan-bulan Hijriah tertentu, seperti untuk menentukan Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha.

Untuk mendapatkan perhitungan yang tepat, pemerintah membuat 101 lokasi pengamatan hilal di seluruh Indonesia.

Ada empat ketentuan yang NU terapkan untuk menggunakan metode rukyatul hilal. Berikut penjelasannya.

Jika hilal di bawah ufuk

Ketentuan pertama adalah apabila hilal berada di bawah ufuk atau posisinya minus di bawah 0 derajat. Jika hal ini terjadi, rukyah tak berlaku fardu kifayah.

Karena hilal tak terlihat dan posisinya berada di bawah ufuk, secara otomatis bulan hijriah tersebut digenapkan menjadi 30 hari. Ketika hal ini terjadi bulan Ramadhan dilakukan lusa setelah observasi hilal.

Jika hilal teramati

Berikutnya adalah ketika hilal teramati dan posisinya telah mencapai kriteria imkan rukyah. Hilal yang terlihat dapat diterima dan bulan berlaku isbat atau hanya memiliki 29 hari.

Hilal yang teramati berarti besok akan masuk ke bulan hijriah yang baru sehingga ibadah puasa dapat dilakukan esok hari.

Jika hilal melebihi kriteria imkan rukyah

Selanjutnya adalah apabila hilal telah melebihi kriteria imkan rukyah NU. Imkan rukyah NU adalah tinggi hilal mar'ie minimal 3 derajat dan elongasi hilal haqiqy minimal 6,4 derajat.

Jika hal ini terjadi, bulan hijriah hanya memiliki 29 hari dan esok dapat melakukan ibadah puasa. Namun, perlu diketahui apabila hilal masih tidak terlihat oleh mata meski telah melebihi kriteria 3 derajat, bulan hijriah dianggap memiliki 30 hari dan ibadah puasa dilakukan lusa.

Jika hilal sudah tinggi

Terakhir adalah apabila posisi hilal sudah tinggi, tetapi tidak teramati. Hal ini membuat umur bulan berikutnya hanya memiliki 28 hari saja. Ketika hal ini terjadi, maka puasa langsung dilakukan esok hari meski hilal tidak terlihat secara langsung.

2. Hisab

Cara melihat hilal Ramadhan yang kedua adalah hisab, yakni metode menghitung secara matematis dan astronomis untuk menentukan hilal. Metode ini digunakan oleh Muhammadiyah.

Mengutip dari situs resmi Muhammadiyah hisab mengacu pada gerak faktual Bulan di langit sehingga bermula dan berakhirnya bulan kamariah berdasarkan pada kedudukan atau perjalanan Bulan benda langit tersebut. Inilah yang dinamakan dengan hisab hakiki.

Muhammadiyah menggunakan metode tersebut karena perhitungan yang dilakukan terhadap peredaran Bulan dan Matahari menurut hisab ini harus "sebenar-benarnya dan setepat-tepatnya berdasarkan kondisi Bulan dan Matahari pada saat itu".

Kriteria hisab hakiki yang digunakan Muhammadiyah adalah wujudul hilal. Dalam kriteria tersebut, Matahari terbenam lebih dahulu daripada Bulan meskipun hanya berjarak satu menit atau kurang.

Hisab hakiki wujudul hilal sendiri memiliki beberapa syarat. Hal itu tertuang dalam buku Pedoman Hisab Muhammadiyah yang menjelaskan, bulan kamariah baru dimulai apabila pada hari ke-29 berjalan saat Matahari terbenam terpenuhi tiga syarat secara kumulatif yakni:

Semoga penjelasan tersebut dapat menjawab pertanyaan bagaimana cara melihat hilal Ramadhan.

(sac/juh)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK