Nabi Muhammad melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah untuk melanjutkan dakwahnya menyebarkan Islam. Lantas, seperti apa strategi dakwah Rasulullah di Madinah hingga akhirnya membawa keberhasilan?
Berdasarkan buku Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Kejuruan Kelas X, Rasulullah membutuhkan daya juang dan pengorbanan yang tinggi untuk menegakkan agama Islam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semasa hidupnya, Nabi Muhammad Saw dikenal sebagai sosok yang dihormati dan dipercaya hingga diberikan gelar Al-Amin. Namun, upayanya untuk menyebarkan Islam di Makkah membuat orang-orang Makkah mencaci maki dan menuduh Rasulullah sebagai orang gila.
Hal ini membuat Rasulullah dan pengikutnya berhijrah atau pindah ke Madinah untuk terhindar dari intimidasi fisik dan mental dari orang Makkah.
Semasa hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad terus menyebarkan dakwahnya melalui strategi-strategi yang tepat sehingga pada akhirnya mulai bermunculan pengikut Islam baru.
Dilansir dari NU Online, Rasulullah tiba di Madinah setelah menempuh perjalanan berpuluh hari dari Makkah. Madinah yang dahulunya bernama Yastrib terletak sekitar 250 kilometer di sebelah utara kota Makkah.
Kedatangan Rasulullah pun disambut dengan suka cita oleh orang-orang Madinah. Hal tersebut karena Madinah dihuni oleh masyarakat dari berbagai suku dan etnis sehingga sering berperang. Kedatangan Rasulullah diharapkan dapat menengahi dan pemersatu rakyat Madinah.
Namun, hal ini bukan berarti Nabi Muhammad bisa dengan mudah menyebarkan Islam karena ada pula kelompok di Madinah yang mengkhianati Rasulullah. Meski demikian, ada strategi dakwah Rasulullah di Madinah yang berhasil membuat kota Madinah maju dengan masyarakat yang harmonis dan damai.
Dalam buku Madinah: Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad saw, ada beberapa strategi dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah di berbagai bidang.
Langkah pertama adalah yang dilakukan Rasulullah adalah membangun masjid yang difungsikan sebagai pusat semua kegiatan. Masjid tersebut kelak bernama Masjid Nabawi. Masjid ini memiliki tampilan sederhana, tetapi menjadi tanda kebangkitan Islam.
Nabi Muhammad saw. dan pengikutnya menggunakan masjid sebagai sarana untuk mengajarkan Islam, mengajarkan baca tulis, hingga menyusun strategi dan politik. Singkatnya, masjid tidak hanya digunakan untuk ibadah, tetapi juga sebagai madrasah, dakwah Islam, serta mempersatukan perselisihan masyarakat.
Kedua, Rasulullah mulai membangun persaudaraan antara sesama muslim. Dulu, di Madinah terdapat dua kelompok Islam yakni Muhajirin yang datang dari Makkah dan Anshar yang penduduk asli Madinah. Kedua kelompok ini kemudian dipersatukan oleh Rasulullah sebagai tanda bahwa sesama muslim adalah saudara.
Hal yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ini membuat umat Islam makin erat. Mereka tidak mudah bertikai dan berperang, berbeda dengan watak Arab Jahiliyah. Rasulullah juga mengajarkan persaudaraan tidak hanya didasarkan dari darah, tetapi juga dari iman.
Ketiga, Nabi Muhammad membangun persaudaraan dengan umat dari agama lain. Rasulullah tahu bahwa masyarakat Madinah cukup majemuk, ada yang beragama Islam, Nasrani, Yahudi, dan masih banyak lagi. Meski demikian, perbedaan tersebut harus disatukan agar Madinah menjadi kuat dan damai.
Untuk mempersatukan masyarakat yang berbeda-beda, Rasulullah membuat kesepakatan bersama bernama Piagam Madinah. Piagam tersebut menjadi konstitusi pertama dalam membangun masyarakat yang setara dan adil.
Lihat Juga : |
Terakhir, Rasulullah juga membuat pasar di dekat Masjid Nabawi dengan tujuan untuk membangun perekonomian rakyat Madinah sekaligus sebagai sarana dakwah dan menyebarkan Islam.
Pasar dijalankan menggunakan perekonomian yang adil dan berdasarkan Islam sehingga adil untuk semua pedagang dan pembeli. Keberadaan pasar ini membuat Madinah menjadi jantung perekonomian negara Islam pertama.
Demikian empat strategi dakwah Rasulullah di Madinah. Semoga bermanfaat.
(sac/fef)