Beda Imlek dan Sin Cia, Dua Istilah Khas Tahun Baru China

CNN Indonesia
Rabu, 29 Jan 2025 07:50 WIB
Imlek dan Sin Cia merupakan istilah yang sering digunakan dalam perayaan Tahun Baru China, padahal keduanya memiliki pengertian berbeda.
Imlek dan Sin Cia merupakan istilah yang sering digunakan dalam perayaan Tahun Baru China, padahal keduanya memiliki pengertian berbeda. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Imlek dan Sin Cia merupakan istilah yang sering digunakan dalam perayaan Tahun Baru China. Namun, kedua istilah ini ternyata memiliki pengertian yang berbeda.

Beda Imlek dan Sin Cia memiliki cerita tersendiri. Bahkan, sebutan Imlek hanya terjadi di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Apa beda Imlek dan Sin Cia?

Pemerhati Budaya Tionghoa Budiyono Tantrayoga mengatakan istilah Imlek lahir pada masa Orde Baru. Pasalnya, era Orde Baru melarang penyebutan dalam Bahasa Mandarin.

Beda Imlek dan Sin Cia terletak pada artinya. Sin Cia artinya pesta makan-makan di tahun yang baru. Imlek merupakan penanggalan bulan.

Penggunaan istilah Sin Cia di Indonesia digunakan saat Tahun Baru China tiba. Pemerhati yang biasa dipanggil Suhu Tan ini mengatakan orang-orang saling mengucapkan selamat dengan ungkapan Sin Chun Kiong Hie yang artinya Selamat Tahun Baru Musim Semi.

Suhu Tan menjelaskan ungkapan tersebut berhenti digunakan saat Orde Baru karena dinilai bersifat China-oriented. Sebut saja arti musim semi dalam ucapan itu yang terjadi di China, bukan Indonesia.

Maka terlahirlah ungkapan Selamat Tahun Baru Imlek. Artinya, selamat tahun baru sejalan dengan penanggalan bulan.

Pelarangan berbagai macam atribut China dan perayaan Imlek tertuang dalam Instruksi Presiden No. 14/1967 tentang pembatasan Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Tiongkok.

Ditambahkan Buku Perayaan Tionghoa di Indonesia (2022) yang diterbitkan Tiong Gie, istilah Imlek merupakan sebutan untuk Kalender Tionghoa atau Kalender Im-lek (Hokkian) atau yin-li (Mandarin). Arti kata tersebut adalah kalender lunisolar atau fase bulan dan waktu tahun matahari.

Kalender Imlek berbeda perhitungan dengan Kalender Masehi. Perhitungan Kalender Imlek berdasarkan pada peredaran matahari, bulan, dan pergantian musim.

Hal ini bisa dimaklumi karena China merupakan negara agraris dan pergantian musim sangat penting untuk memutuskan waktu mulai menanam dan memanen. Selain itu juga menentukan tanaman apa yang cocok untuk ditanam pada musim berbeda.

Berdasarkan perhitungan penanggalan Imlek, Sin Cia jatuh rata-rata 11 hari (10-12 hari) dibanding Imlek tahun sebelumnya. Saat Sin Cia jatuh kurang dari tanggal 21 Januari maka akan mundur rata-rata 19 hari (18-20 hari) dibanding tahun sebelumnya.

Mundurnya Sin Cia disebabkan sisipan bulan ke-13 atau Lun-gwee atau bulan Lun atau kabisat. Dalam kalender Tionghoa biasanya bertambah rata-rata 19 hari dibanding jumlah kalender Masehi.

Dengan demikian, Imlek digunakan untuk merujuk pada sistem penanggalan yang digunakan untuk menentukan perayaan Tahun Baru dan menjadi istilah yang lebih diterima di Indonesia.

Sementara Sin Cia lebih berfokus pada aspek perayaan makan-makan dan budaya di tahun baru, yang mencerminkan tradisi perayaan oleh komunitas Tionghoa.


Serba-serbi Imlek

Setelah 32 tahun pelarangan perayaan Imlek di Indonesia, melalui Presiden Keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Imlek boleh dirayakan kembali oleh masyarakat Tionghoa lewat Keputusan Presiden RI Nomor 19 Tahun 2002.

Adapun sejumlah hal yang menjadi kebiasaan masyarakat Tionghoa dalam merayakan Imlek, sebagai berikut.

1. Bagi orang Tionghoa yang memiliki usaha perlu menutup toko selama lima hari ketika Imlek. Toko baru boleh dibuka pada hari kelima karena keyakinan di hari itu adalah hari lahir Chai Shen, Dewa Rejeki atau Kekayaan.

Untuk yang memilih tetap buka, boleh melakukannya setengah hari atau melayani satu hingga dua transaksi sebagai syarat. Setelah itu toko harus tutup dan buka kembali pada hari kelima.

Selain itu, masyarakat Tionghoa juga dilarang untuk menagih utang ketika Imlek. Hal ini untuk menghindari hal-hal yang kurang baik bagi kedua belah pihak. Penagihan utang juga baru boleh dilakukan pada hari kelima.

2. Tradisi tidak nyapu pada hari Sin Cia atau tidak membersihkan rumah. Alasannya, dianggap sebagai pembersihan rejeki dari rumah.

Terdapat juga larangan membuang sampah ke luar rumah. Alasannya pun serupa dengan tidak boleh membersihkan rumah.

3. Pantang makan bubur atau nasi berkuah saat Sin Cia. Bubur dianggap sebagai makanan bagi orang sakit dan simbol kemiskinan. Selain itu, warna putih juga dianggap sebagai lambang kesedihan saat ada prosesi kedukaan.

4. Potong rambut saat Sin Cia juga dianggap tabu. Hal ini dinilai dapat memotong kekayaan atau kesuksesan.

5. Keramas saat Imlek juga diyakini akan menyapu rejeki atau kemakmuran. Hal ini menyebabkan dilarangnya keramas saat Imlek.

6. Penggunaan pakaian putih atau hitam saat Sin Cia juga dilarang. Warna putih atau hitam melambangkan kedukaan atau kegiatan melayat bagi masyarakat Tionghoa.

Demikian penjelasan beda Imlek dan Sin Cia juga serba-serbi perayaan Tahun Baru China. Semoga bermanfaat!

(glo/fef)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER