Lafadz takbir Idul Adha yang menggema dari masjid ke masjid hingga pawai keliling, membuat malam hari raya jadi terasa istimewa.
Takbiran bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga bernilai ibadah karena lantunan takbir yang dikumandangkan adalah bentuk pujian atas kebesaran Allah Swt.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam suasana Idul Adha, umat Islam dianjurkan untuk mengumandangkan takbir sejak malam hari raya selama 5 hari berturut-turut.
Anjuran ini melahirkan tradisi takbiran yang tak hanya menghidupkan suasana, tetapi juga menjadi bentuk zikir untuk mengagungkan Allah Swt.
Berikut lafadz takbiran Idul Adha lengkap dalam bahasa Arab, latin, dan terjemahannya.
Lafadz takbiran Idul Adha yang biasa dikumandangkan terdiri dari dua versi, yaitu versi panjang dan versi pendek.
Untuk versi panjang biasanya dilantunkan saat di masjid atau dalam kegiatan pawai takbir. Sementara versi pendek dapat dilantunkan sendiri dalam keadaan apa pun dan di mana pun.
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar. Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil ḥamdu.
Artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, dan segala puji bagi Allah."
اَللّٰهُ أَكْبَرُ، اَللّٰهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا
Allāhu Akbar, Allāhu Akbar, Kabīrā.
Artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dengan kebesaran-Nya."
Selain lafadz takbiran Idul Adha yang umum diucapkan, terdapat bacaan tambahan yang diambil dari zikir Rasulullah Saw saat berada di Bukit Shafa, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim.
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ، وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ، وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Allāhu akbar kabīrā, walḥamdu lillāhi katsīrā, wa subḥānallāhi bukratan wa aṣīlā. Lā ilāha illallāhu wa lā na'budu illā iyyāhu mukhliṣīna lahud dīn wa law karihal kāfirūn. Lā ilāha illallāhu waḥdah, ṣadaqa wa'dah, wa naṣara 'abdah, wa a'azza jundah, wa hazamal aḥzāba waḥdah. Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar walillāhil ḥamdu.
Artinya: "Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-banyak pujian. Maha Suci Allah sepanjang pagi dan petang. Tiada tuhan selain Allah, dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya dengan memurnikan agama, meskipun orang-orang kafir, munafik, dan musyrik membencinya. Tiada tuhan selain Allah yang Maha Esa, yang menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya, memuliakan bala tentara-Nya, dan menghancurkan musuh sendirian. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan segala puji hanya milik Allah."
Merujuk pada buku Fiqih Shalat Sunnah karya Ali Mustafa Siregar, ada dua bentuk takbir dalam perayaan hari raya, berikut masing-masing penjelasannya:
Dibaca sejak matahari terbenam malam hari raya hingga imam memulai sholat Id. Takbir ini boleh dikumandangkan kapan dan di mana saja, selama tidak berkaitan langsung dengan sholat fardu.
Takbir ini dimulai sejak sholat Subuh pada 9 Zulhijah (hari Arafah) hingga Asar pada 13 Zulhijah (hari Tasyrik terakhir). Bacaan ini disunnahkan setelah sholat fardu.
Demikian lafadz takbiran Idul Adha. Semoga gema takbir yang dikumandangkan dapat membuat kita lebih memahami makna kurban yang sesungguhnya.
(mrs/juh)