Jakarta, CNN Indonesia -- Kamar Dagang dan Industri mengeluhkan kurangnya anggaran bagi pengembangan benih lokal, sehingga menyebabkan harga-harga pangan semakin mahal. Anggaran Kementerian Pertanian di APBN 2014 yang sebesar Rp 500 miliar untuk benih juga dirasa kurang untuk meningkatkan kapasitas benih lokal.
"Kita inginnya Rp 2,5 triliun tapi itu pun juga kurang sesuai dengan kebutuhan kita," ujar Ketua Komite Tetap Pengembangan Pasar Pertanian Kamar Dagang dan Industri, Karen Tambayong, di Jakarta, Jumat (9/1).
Menurut Karen, penambahan anggaran bagi benih-benih lokal ini sangat penting agar Indonesia tak tergantung lagi dengan benih impor atau benih yang diimplementasikan oleh penanaman modal asing (PMA). Adanya hal ini justru berimbas terhadap tingginya harga produk hortikultura yang dikonsumsi masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama ini benih kita 60 persen produksi lokal dan 40 persen benih impor. Sedangkan implementasi benihnya ada 70 persen penanaman modal asing sisanya lokal," katanya.
Usaha implementasi benih yang dikelola oleh penanaman modal asing dan kebutuhan benih yang diimpor ini dinilai Karen sangat merugikan petani hortikultura karena harus membeli benih dengan harga yang cukup tinggi. Ia mencontohkan, dengan total pembelian benih yang misalnya senilai Rp 1 triliun, nilai harga akhirnya bisa jadi senilai berkali-kali lipat karena ada tambahan-tambahan biaya ritel lainnya.
"Hasilnya petani-petani pengguna benih ini kehilangan akses benih berkualitas, sehingga produktivitas berkurang. Kalau produktivitas berkurang ya harga produk hortikultura juga ikut naik," ujar Karen.
Karen mengatakan bahwa susahnya pengusahaan ini disebabkan karena kultur pengusahaan benih yang membutuhkan investasi banyak dan masa permuliaan yang cukup lama. Kadin mengimbau agar pemerintah segera mengalokasikan dana lebih agar pengusahaan benih-benih lokal dapat tumbuh.
"Kalau misalkan pengusahaan ini berhasil kita bisa menekan harga pangan lebih murah lagi. Kan hortikulltura ini sumber gizi juga," katanya.
(ded/ded)