Jakarta, CNN Indonesia -- PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akan mengoptimalkan kinerja anak usahanya di segmen
low cost carrier PT Citilink Indonesia untuk memperbaiki kinerja keuangan sepanjang tahun ini.
“Tahun ini fokusnya membawa kinerja keuangan perusahaan ke angka positif. Citilink sudah bergerak lebih dulu, sekarang kita
recovery Garuda sebagai kapal induk untuk ikut bergerak,” ujar Arif Wibowo, Direktur Utama Garuda Indonesia ketika dihubungi, Jumat (16/1).
Menurut Arif dibawah kepemimpinannya, Garuda akan lebih banyak melayani penerbangan berkualitas layanan tinggi dengan biaya yang lebih terjangkau. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkannya ketika baru saja dilantik pada Desember 2014 lalu, dengan cara mengubah konfigurasi tempat duduk di pesawat sehingga lebih banyak lagi menyediakan kursi kelas ekonomi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika itu Arif mengatakan selama ini tingkat keterisian kursi kelas bisnis Garuda rata-rata hanya 40 persen, jauh lebih rendah dibandingkan tingkat keterisian kursi kelas ekonomi yang nyaris selalu penuh.
“Kami akan mengurangi kursi kelas bisnis dari 12 kursi menjadi delapan kursi dan menambah kelas ekonomi jadi 60 persen di setiap pesawat, sehingga bisa kita tambah 50 kursi ke belakang. Dengan demikian bisa menurunkan
unit cost,” jelasnya ketika itu.
Target CitilinkSementara Pelaksana tugas Presiden Direktur Citilink Albert Burhan memasang target untuk dapat menerbangan 11,2 juta penumpang sepanjang 2015 dari target 7,7 juta penumpang tahun lalu. Penambahan jumlah pesawat yang akan dilakukan Garuda Indonesia Group sebanyak 15 unit tahun ini diyakini akan mampu meningkatkan jumlah penumpang Citilink yang juga akan menerima sebagian dari tambahan pesawat tersebut.
“Selain dari pendapatan penumpang, kami targetkan bisnis kargo bisa menghasilkan US$ 28 juta sampai US$ 30 juta tahun ini. “Kalau semua target-target yang ditetapkan bisa dicapai, kita maju IPO di 2016,” kata Albert.
Sampai kuartal III 2014, Citilink berhasil membukukan laba bersih sebesar US$ 3,8 juta atau setara Rp 45,98 miliar. Perolehan laba tersebut lebih baik dibandingkan rugi bersih yang dialami pada periode yang sama di 2013 sebesar US$ 5,6 juta atau Rp 67,76 miliar.
Naiknya pendapatan perseroan berhasil menopang dikantonginya laba bersih pada kuartal III 2014. Pada periode tersebut, Citilink berhasil membukukan pendapatan sebesar US$ 114,5 juta, naik 63,33 persen dibandingkan pendapatan kuartal III 2013 sebesar US$ 70,1 juta. Kontribusi pendapatan terbesar berasal dari penjualan tiket penerbangan berjadwal sebesar US$ 111,7 juta dan layanan penerbangan charter US$ 2,7 juta.
Selama Januari-September, Citilink menerbangkan sebanyak 5,33 juta penumpang, naik 39,52 persen dibandingkan jumlah penumpang selama Januari-September 2013 yaitu 3,82 juta penumpang. Naiknya jumlah penumpang Citilink secara signifikan, karena perseroan mendatangkan banyak pesawat dalam dua tahun terakhir. Sampai September 2014, jumlah pesawat yang dioperasikan Citilink berjumlah 33 unit, terdiri dari empat unit Boeing 737-300 dan 29 unit Airbus A320-200.
Analis Bahana Securities Teguh Hartanto menilai
salah satu katalis pendapatan Citilink adalah adanya revisi aturan tarif batas harga tiket maskapai penerbangan. “Tarif batas bawah yang lebih tinggi akan menguntungkan Citilink. Karena dengan struktur tarif yang baru, harga terendah tiket yang boleh dijual naik dari sebelumnya minimal 30 persen dari tarif batas atas menjadi 40 persen,” ujar Teguh
(gen)