Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 0,84 persen berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) menjadi Rp 12.451 dari Rp 12.557 per mata uang Paman Sam tersebut pada Kamis (22/1). Analis menilai penguatan rupiah disebabkan oleh masalah politik dalam negeri dan rencana kebijakan stimulus bank sentral Eropa.
Analis PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan pada grafik perdagangan harian, terdapat potensi tenaga penguatan untuk sementara waktu. Namun, rupiah perlu mencatatkan level penutupan harian yang semakin rendah setiap harinya untuk menambah tenaga penguatan.
“Sentimen cukup mixed dan ini mungkin dapat mendorong pergerakan sideways untuk sementara waktu,” ujarnya seperti dikutip dari riset, Kamis (22/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sisi fundamental, lolosnya Undang-Undang Pilkada Langsung dari DPR telah meredakan kekhawatiran investor terhadap resiko politik Indonesia. Ini dapat memberikan harapan bahwa perubahan anggaran pemerintah RAPBN-P 2015 mungkin juga akan dapat lolos dari DPR.
“RAPBN-P 2015 dimungkinkan lolos meski koalisi partai pendukung Presiden Jokowi tidak mayoritas di DPR. Ini mungkin dapat memberikan sentimen positif bagi rupiah,” jelasnya.
Meski demikian, dia menilai kuatnya nilai tukar dolar AS di awal sesi Asia dapat menjadi beban bagi kinerja rupiah. Dolar AS menguat seiring merebaknya ekspektasi bahwa bank sentral Eropa akan meluncurkan kebijakan stimulus pada Kamis malam.
Menurutnya, jika bank sentral Eropa menjalankan kebijakan stimulus, maka ini dapat mempertegas kontrasnya outlook kebijakan moneter Eropa dengan AS dimana Federal Reserve tengah bersiap untuk menaikan suku bunganya tahun ini,
“Outlook rupiah cukup netral dan mata uang Garuda mungkin akan diperdagangkan di kisaran 12.420 hingga 12.475 dalam perdagangan pasar uang untuk hari ini,” ungkap Zulfirman.
(gir/gir)