Jakarta, CNN Indonesia -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mensinyalir pelemahan harga minyak dunia akan mempengaruhi kegiatan produksi kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, untuk menyiasati hal tersebut pihaknya akan terus menjalin komunikasi dengan KKKS dalam rangka menjaga angka
lifting tahun ini.
"Pekan lalu kami diskusi dengan KKKS untuk melihat perkembangan harga minyak yang saat ini di bawah US$ 50 per barel. Banyak KKKS menyatakan kegiatan pengeboran banyak yang dihentikan karena turunnya harga minyak," kata Amien dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (28/1).
Untuk meminimalisasi dampak, Amien bilang, pihaknya meminta KKKS untuk menghitung ulang komponen biaya yang terpengaruh atas penurunan harga minyak dunia. Adapun hasil perhitungan ulang akan dimasukan ke dalam revisi rencana program kerja dan pembiayaan atau
work plan and budgeting (WP&B) 2015.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berangkat dari fenomena ini, ia memperkirakan
lifting minyak tahun ini berkisar 810 ribu sampai 825 ribu barel per hari (bph). "Jadi range
lifting minyak yang optimis itu 810 bph sampai 825 ribu bph. KKKS sedang
review ulang karena memperhatikan turunnya harga minyak," ujarnya.
Meski begitu, dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2015 Kementerian ESDM mengusulkan target produksi minyak 2015 berada di angka 849 ribu bph dan produksi gas di kisaran 1,177 juta barel setara minyak dengan total 2,026 juta barel setara minyak per hari. Angka ini diketahui lebih rendah lantaran target
lifting di APBN 2015 berada di angka 2,148 juta bph.
(ded/ded)