Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor PT Mandiri Tunas Finance (MTF) berencana mengeluarkan produk pinjaman untuk menutupi biaya mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Produk baru ini menjadi ekspansi jenis kredit MTF setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengizinkan perusahaan multifinance untuk menyediakan kredit multiguna dan kredit perumahan rakyat.
“Kami sedang menjajaki kerjasama dengan beberapa universitas baik swasta maupun negeri untuk melaksanakan program ini. Saat ini tahu sendiri kan bayar kuliah mahal, salah satu solusinya ya kami upayakan membayarnya melalui program ini," ujar Direktur Utama MTF Ignatius Susatyo Wijoyo di Jakarta, Senin (16/2).
Dia mengatakan prosedur pengajuan pinjaman untuk kuliah ini tidak berbelit-belit. Menurutnya hanya dengan memberikan jaminan Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), maka masyarakat yang mengajukan pinjaman bisa mengikuti program ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rencananya semester II tahun ini akan kami laksanakan programnya. Tapi sekarang masih kami godok dulu ketentuan-ketentuan teknisnya sembari menjajaki perguruan-perguruan tinggi yang mau mengikuti program ini,” ujar Susatyo.
Selain akan menyediakan pinjaman untuk kuliah, MTF juga berencana menyediakan pembiayaan bagi perjalanan umroh dan memperbesar porsi pembiayaan alat-alat berat. Untuk pembiayaan alat berat, MTF akan mengkhususkan pada pengadaan mesin yang dapat menunjang program infrastruktur seperti eskavator.
"Kemarin kami mengadakan pertemuan dengan OJK terkait teknis pembiayaan multiguna ini. Selain hal-hal yang sudah kami sebutkan, kami bicarakan juga mengenai pembiayaan di sektor maritim karena OJK punya target pertumbuhan pembiayaan di sektor ini mencapai 50 persen pada 2015," tambahnya.
Tumbuh 35 PersenSepanjang tahun ini, MTF menargetkan bisa mengucurkan pembiayaan Rp 5,23 triliun atau 35 persen dari realisasi pembiayaan 2014 yang sebesar Rp 14,77 triliun.
Target pembiayaan sebesar Rp 20 triliun tersebut masih akan didominasi oleh pembiayaan kendaraan baru sebesar 96 persen mengingat non performing loan (NPL) yang dihasilkan jauh lebih rendah dibanding pembiayaan bagi kendaraan bekas.
(gen)