Antisipasi Likuiditas Ketat, Pemerintah Tambah Pinjaman Asing

Agust Supriadi | CNN Indonesia
Senin, 23 Mar 2015 17:40 WIB
Pemerintah mengajukan tambahan pinjaman ke kreditur multilateral dan bilateral, dari rencana awal US$ 600 juta menjadi US$ 1,6 miliar.
Scenaider Siahaan, Direktur Strategi dan Portofolio Utang, Kementerian Keuangan mengatakan pemerintah mengajukan tambahan pinjaman ke kreditur multilateral dan bilateral, dari rencana awal US$ 600 juta menjadi US$ 1,6 miliar. (CNN Indonesia/Agust Supriadi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah mengalokasikan penarikan pinjaman luar negeri sebesar US$ 600 juta dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015. Untuk  mengantisipasi pengetatan likuiditas global, rencananya target tersebut direvisi naik menjadi US$ sekitar 1,6 miliar.

"Kami sudah mengajukan (tambahan pinjaman luar negeri) ke lender, dari US$ 600 juta menjadi US$ 1,4 miliar hingga US$ 1,6 miliar," ujar Direktur Strategis dan Portfolio Utang Schneider Siahaan kepada CNN Indonesia, Senin (23/3).  

Baca juga : Pemerintah Incar US$ 1 Miliar dari Lelang Samurai Bond

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pinjaman luar negeri tersebut, kata Schneider, akan diupayakan dari kreditur multilateral dan bilateral. Apadapun kreditur multilateral yang tengah dijajaki pemerintah antara lain Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan Bank Pembangunan Islam (IDB).

"Multilateralnya bisa dari World Bank, ADB, dan IDB. Kalau bilateral dari negara Eropa, saya lupa pastinya," kata dia.
 
Baca juga: Akhir Semester I, Pemerintah Lelang Euro Bond US$ 1,7 Miliar

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, lanjut Scheneider, mengupayakan penambahan pinjaman karena mengantisipasi pengetatan likuiditas yang mungkin terjadi pada pertengahan tahun ini. Namun, pembiayaan ini bukan  pinjaman siaga (standby loan) sehingga akan diupayakan ditarik lebih cepat untuk memperkuat APBN.

"Ya memang untuk antisipasi pasar negatif. Kalau pinjamankan karakteristiknya beda dengan pembiayaan dari pasar, meskipun ada gejolak (di pasar uang) tetap bisa ditarik sesuai dengan perjanjian awal," jelasnya.

Sebagai informasi, dalam APBNP 2015 defisit dipatok sebesar Rp 222,5 triliun atau 1,9 persen PDB. Untuk menutupnya sekaligus membayar utang jatuh tempo, pemerintah merencanakan penerbitan obligasi negara sebesar Rp 451,8 triliun. Selain itu, pemerintah juga menjadwakan penarikan pinjaman luar negeri. (ags)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER