Menperin: Sejumlah Masalah Hantui Prospek Industri Makanan

Noor Aspasia Hasibuan | CNN Indonesia
Sabtu, 28 Mar 2015 09:00 WIB
PT Garuda Food menyiapkan modal Rp 550 miliar untuk pembangunan pabrik baru dan pengadaan mesin anyar pada tahun ini.
Menteri Perindustrian Saleh Husin (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin menilai industri makanan dan minuman nasional memiliki daya saing kuat dan siap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Namun, dia mengakui prospek industri ini masih dibayangi sejumlah permasalahan antara lain kekurangan bahan baku, infrastruktur yang terbatas, kurangnya pasokan listrik dan gas, dan suku bunga yang tinggi untuk investasi.

"Kekuatan industri makanan minuman kita bukan hanya karena ditopang pasar domestik tapi juga karena kemampuan kita yang sudah mengekspor. Kita bukan jago kandang," kata Menperin Saleh Husin di pabrik biskuit GarudaFood Group, Gresik, Jumat (27/3).

Kinerja ekspor yang meningkat menjadi dasar keyakinan Saleh Husin. Apabila pada 2013 nilai ekspor produk makanan dan minuman sebesar US$ 5,38 miliar, maka pada 2014 menguat menjadi US$ 5,51 miliar. Sebaliknya, nilai impor produk makanan minuman justru menurun dari US$ 5,80 miliar menjadi US$ 5,76 miliar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kinerja investasi industri makanan dan minuman juga dinilainya menggembirakan. Realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) disektor ini pada tahun lalu mencapai Rp 19,59 triliun, meningkat 15,08 persen dibandingkan dengan pencapaian 2013. Demikian pula dengan nilai penanaman modal asing (PMA), pada tahun 2013 sebesar US$ 2,12 miliar atau meningkat menjadi US$ 3,14 miliar.

Industri ini, lanjut Menperin, juga berperan penting dalam meningkatkan nilai tambah produk primer hasil pertanian, sebagai penggerak utama ekonomi di berbagai wilayah di Indonesia dan mendorong tumbuhnya industri-industri lainnya.

Berdasarkan data BPS, kontribusi Industri Makanan dan Minuman (termasuk tembakau) terhadap PDB industri non-migas pada tahun 2014 sebesar 30 persen. Sementara itu, laju pertumbuhan kumulatif Industri Makanan dan Minuman selama tiga tahun, dari tahun 2012, 2013 dan 2014 cenderung meningkat berfluktuasi berturut-turut sebesar 10,33 persen, 4,07 persen dan 9,54 persen.
 
Disisi lain, Menperin juga realistis. Prospek industri makanan dibayangi permasalahan antara lain kekurangan bahan baku, infrastruktur yang terbatas, kurangnya pasokan listrik dan gas, dan suku bunga yang tinggi untuk investasi.

"Untuk itu, Kementerian Perindustrian selalu melakukan koordinasi dengan stakeholders dan juga kementerian lainnya. Misalnya, perbaikan di bidang iklim usaha baik fiskal maupun non-fiskal," ujar dia.

Perbaikan itu antara lain penyediaan bahan baku dari lokal, penyediaan bunga bank yang bersaing, dan  insentif perpajakan untuk investasi. Selain itu peningkatan infrastruktur, penyediaan listrik dan gas yang mencukupi, sistem pelayanan perizinan dan non perizinan satu pintu dan kebijakan lainnya yang dapat mempercepat pengembangan sektor industri.

Senada dengan Menperin Saleh Husin, manajemen GarudaFood sendiri juga memastikan bakal memperkuat ekspansi. Langkah itu meliputi jangkauan pemasaran dan investasi.

"Tahun ini, kami sudah menyiapkan investasi sebesar Rp 550 miliar rupiah untuk pabrik dan mesin baru. Kami juga mengekspor produk ke luar negeri seperti Thailand dan Filipina," Presiden Komisaris GarudaFood, Dorodjatun Kuntjoro-Jakti pada kesempatan yang sama. (ags/ags)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER