Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga nonprofit Silicon Valley Asia Technology Alliance, berencana mengirimkan wirausaha teknologi asal Indonesia untuk mendalami sektor tersebut langsung di Silicon Valley, di California, Amerika Serikat.
Salah satu pendiri organisasi itu, Sonita Lontoh, mengatakan program itu diharapkan dapat meningkatkan skala usaha yang berbasis teknologi di Indonesia, agar perusahaan teknologi asing mau melirik dan mengakuisisi usaha-usaha ini.
"Dengan adanya program tersebut, kami harap skala usaha para
tech entrepreneur ini bisa meningkat dan
go public. Bahkan akan lebih baik kalau usaha mereka dibeli oleh perusahaan teknologi besar seperti Google dan lain-lain, artinya hasil keluaran usaha-usaha ini kan dinilai berharga oleh perusahaan-perusahaan besar tersebut," ujarnya, kepada CNN Indonesia, di Jakarta, Minggu (19/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencananya, akan ada delapan orang pengusaha teknologi lokal yang akan diajak mengikuti program selama tujuh hari di Silicon Valley. Pembekalan yang akan diberikan antara lain adalah kiat mengumpulkan uang untuk mengembangkan
startup, kunjungan ke Venture Capital, serta kiat mengembangkan usaha dari skala kecil ke menengah.
"Semoga program ini juga bisa membawa investasi dari Silicon Valley juga. Karena dengan semakin banyaknya orang Indonesia di Silicon Valley, orang AS akan sadar bahwa Indonesia memiliki kemampuan untuk mengembangkan industri teknologi ini," tutur Head of Global Maketing and Corporate Strategy Trilliant Inc, ini.
Dengan penduduk sebanyak 240 juta jiwa dan luas wilayah sebesar 1,9 juta kilometer persegi, bisa dikatakan bahwa Indonesia merupakan negara terbesar di Asia Tenggara. Indonesia diyakini bisa menjadi basis industri teknologi di Asia Tenggara.
“Karena
human capital-nya sangat besar. Saat ini mungkin Singapura memiliki SDM yang berkualitas, tapi
at the end of the day, pasar Singapura akan tetap lebih kecil dibandingkan Indonesia," ujar Sonita.
"Saya rasa Indonesia bisa menjadi basis industri teknologi di Asia Tenggara,” ujar Sonita melanjutkan.
Tetapi potensi Indonesia sebagai basis industri teknologi juga harus dibarengi dengan kebijakan pemerintah yang tepat, agar investasi sektor teknologi bisa terealisasi di Indonesia. Kalau tak tepat, akan menghantui investor sektor teknologi yang berujung pada gagalnya realisasi investasi sektor ini di Indonesia.
Menurut Sonita, bila kebijakan pemerintah berubah-ubah, investor cenderung takut untuk berinvestasi karena yang diinginkan investor adalah kepastian hukum. Selain itu, pemerintah juga harus menjaga intellectual property para pelaku usahanya. “
Perempuan yang sudah berkarir selama 15 tahun di Silicon Valley, Amerika Serikat ini mengatakan lebih lanjut, gabungan kebijakan pemerintah yang tepat serta besarnya potensi pasar ini bisa menjadi nilai jual yang tinggi bagi Indonesia di mata investor teknologi.
Apalagi, menurut Sonita, SDM Indonesia sangat kreatif dalam menjalankan industri teknologi. Terutama dalam mengadaptasi model teknologi yang tepat untuk diimplementasikan di Indonesia.
“Kalau di negara maju, biasanya mereka selalu tunduk akan aturan yang berlaku. Namun di Indonesia, orang harus kreatif agar bisa
survive. Salah satu contoh kreativitas yang saya lihat adalah bagaimana mengadaptasi teknologi yang sudah diciptakan agar bisa digunakan di Indonesia," tutur Sonita.
(ded/ded)