Jakarta, CNN Indonesia -- PT Astra International Tbk., perusahaan dengan kapitalisasi terbesar ke-4 di pasar modal Indonesia mengalami pelemahan kinerja dengan turunnya laba bersih sebesar 16 persen menjadi Rp 4 triliun pada kuartal I 2015 dibandingkan dengan periode yang sama 2014 Rp 4,72 triliun. Ini terjadi lantaran buruknya lini usaha otomotif dan agribisnis.
“Kami menghadapi tantangan akibat penurunan pertumbuhan ekonomi, tertekannya pasar komoditas dan meningkatnya persaingan di sektor kendaraan roda empat,” ujar Prijono Sugiarto, Presiden Direktur Astra International dalam keterangan resmi, Senin (27/4).
Prijono mengakui, penurunan kinerja bisnis Astra International terutama disebabkan oleh menurunnya kontribusi dari divisi otomotif dan agribisnis. Pendapatan bersih konsolidasian Astra pada kuartal I tahun 2015 adalah sebesar Rp 45,2 triliun, menurun sebesar 9 persen dibandingkan kuartal I tahun 2014, terutama disebabkan oleh penurunan penjualan otomotif, agribisnis dan alat berat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Laba bersih konsolidasi menurun 16 persen menjadi Rp 4 triliun, yang mencerminkan penurunan kontribusi dari divisi agribisnis sebesar 80 persen, disebabkan oleh rendahnya harga CPO, dan penurunan dari divisi otomotif sebesar 21 persen,” katanya.
Untuk diketahui, aktivitas bisnis Astra terbagi dalam enam lini bisnis, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur, logistik dan lainnya, serta teknologi informasi.
Laba bersih dari divisi otomotif mengalami penurunan sebesar 21 persen menjadi Rp 1,6 triliun. Secara keseluruhan, lemahnya permintaan selama kuartal I disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan ekonomi dan sedikitnya jumlah produk baru yang diluncurkan.
“Selain itu, persaingan diskon di pasar mobil yang dipicu oleh kelebihan kapasitas produksi pabrik berdampak negatif terhadap laba bersih bisnis ini. Bisnis komponen otomotif juga memberikan kontribusi yang rendah karena depresiasi rupiah terhadap dolar AS,” ujar Prijono.
Penjualan mobil secara nasional menurun sebesar 14 persen menjadi 282.000 unit. Penjualan mobil Astra mengalami penurunan 21 persen menjadi 137.000 unit, sehingga mengakibatkan penurunan pangsa pasar menjadi 49 persen dari 53 persen pada kuartal I 2014.
Sepanjang kuartal I tahun 2015, Astra telah mengeluarkan enam model baru dan empat model
facelift. Penjualan sepeda motor nasional mengalami penurunan sebesar 19 persen menjadi 1,6 juta unit.
Sementara itu, penjualan sepeda motor dari PT Astra Honda Motor (AHM) turun sebesar 13 persen menjadi 1,1 juta unit, dengan pangsa pasar sepeda motor Honda meningkat menjadi 68 persen.
“Selama kuartal I tahun 2015, AHM meluncurkan dua model baru. PT Astra Otoparts Tbk (AOP), grup manufaktur komponen otomotif, mengalami penurunan laba bersih 67 persen menjadi Rp 87 miliar karena volume dan margin manufaktur yang lebih rendah,” katanya.
Sementara, laba bersih divisi agribisnis turun 80 persen menjadi Rp 124 miliar. PT Astra Agro Lestari Tbk, yang 79,7 persen sahamnya dimiliki oleh Perseroan, membukukan laba bersih sebesar Rp 156 miliar, turun 80 persen. “Rata-rata harga CPO mengalami penurunan sebesar 12 persen menjadi Rp 7.839 per kilogram, sementara penjualan CPO menurun 18 persen menjadi 258.000 ton, sedangkan penjualan olein meningkat 46 persen menjadi 60.000 ton,” kata Prijono.
Hariyanto Wijaya, analis Mandiri Sekuritas menyatakan laba setelah pajak Astra Agro pada kuartal I/2015 terjun 80,1 persen secara tahunan. Menurut dia, pendorong utamanya adalah produksi yang turun, volume penjualan yang turun, harga CPO yang turun, dan rugi valas yang cukup besar Rp 246 miliar pada kuartal I/2015 (54,5 persen dari laba operasional kuartal I/2015).
“Kami masih menunggu statistik kuartal I/2015 Astra Agro terkait volume penjualan dan produksi, serta rerata harga jual. Sementara itu, kami masih mengkaji potensi penurunan rekomendasi,” kata Hariyanto.
(gir/ded)