Share Swap Mitratel Tak Kunjung Selesai, Saham Telkom Meredup

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Rabu, 06 Mei 2015 12:40 WIB
Analis menilai penurunan harga saham Telkom ditengah kinerja kuartal I 2015 yang meningkat akibat ketidakjelasan kelanjutan share swap Mitratel.
Petugas memeriksa jaringan base transceiver station (BTS) di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Selasa (5/5). (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) baru saja mengumumkan kinerjanya sepanjang kuartal I 2015. Emiten berkode saham TLKM ini membukukan keuntungan sebesar Rp 3,81 triliun sepanjang kuartal I 2015 atau naik 6,4 persen dibandingkan periode yang sama di 2014 sebesar Rp 3,58 triliun.

Naiknya laba bersih ditopang oleh peningkatan pendapatan sepanjang kuartal I 2015 sebesar Rp 23,616 triliun, naik 11,1 persen dibandingkan periode sama 2014 sebesar Rp 21,25 triliun.

Namun kinerja keuangan yang baik tidak terefleksi dalam pergerakan saham perusahaan telekomunikasi pelat merah tersebut. Pasca diumumkannya kinerja kuartal I 2015, saham Telkom sempat turun drastis sebesar 10 persen menjadi Rp 2.615 dari Rp 2.905 per saham.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penurunan itu menggerus kapitalisasi pasar saham Telkom senilai Rp 29 triliun menjadi Rp 264 triliun dari sebelumnya Rp 293 triliun. Bahkan pada penutupan perdagangan Selasa (5/5), saham Telkom kembali tertekan menjadi Rp 2.715 dari pembukaan Rp 2.750 per saham.

Sentimen Negatif

Analis dari Woori Korindo Securities Reza Priyambada menilai salah satu sentimen negatif bagi saham Telkom adalah tak kunjung selesainya transaksi share swap dengan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dalam rangka monetisasi anak usahanya di bisnis menara yaitu Mitratel.

“Banyak informasi simpang siur tentang transaksi share swap itu. Hal ini membuat investor ritel bingung, akhirnya berdampak ke saham Telkom. Sebaiknya manajemen Telkom dan Tower Bersama menjelaskan secara detail posisi terbaru dari transaksi itu,” kata Reza, Rabu (6/5).

Reza menilai aksi share swap menguntungkan bagi Telkom karena bisa ikut menikmati secara keberlanjutan keuntungan dari bisnis menara dengan memiliki sebagian saham dari Tower Bersama.

“Harusnya transaksi ini dilihat secara jernih dan detail. Jika dipaksa Mitratel itu Initial Public Offering (IPO), tak akan maksimal keuntungan yang didapat. Dari sisi teknis ada biaya harus dikeluarkan, belum lagi untuk meningkatkan valuasi dari perusahaan yang akan dibawa ke bursa, itu investasi lagi. Mana mau pasar terima barang kalau dibandingkan dengan emiten sejenis tak menarik,” katanya.

Ditambahkannya, jika Telkom dipaksa mengelola sendiri menara miliknya juga akan menimbulkan meningkatnya biaya depresiasi sehingga bisa membebani kinerja.

“Paling tepat memang backdoor listing. Ada potensi juga bisa menjadi mayoritas di Tower Bersama karena bisa membeli saham dari publik atau pemegang saham lainnya,” kata Reza.

Berdasarkan kajian sejumlah analis jika Mitratel dikembangkan sendiri oleh Telkom tak memberikan profitabilitas maksimal dengan tenancy ratio yang rendah dibandingkan pemain menara sejenis yang ada di bursa saham.

Seandainya dipilih aksi IPO, maka diperkirakan hanya bisa menghasilkan nilai Rp 5,5 triliun–Rp 5,9 triliun sedangkan jika back door listing dengan Tower Bersama bisa menghasilkan nilai Rp 11,4 triliun di luar keuntungan lainnya.

Dalam transaksi ini, Telkom akan melepas sahamnya di Mitratel secara bertahap kepada Tower Bersama dengan cara share swap. Tower Bersama akan menguasai 100 persen saham Mitratel dengan kompensasi Telkom memiliki 13,7 persen saham emiten berkode TBIG tersebut.

VP Investor Relation Telkom Andi Setiawan dalam keterbukaan informasi Senin (4/5), menegaskan proses transaksi share swap tersebut masih berlangsung hingga kini. Kedua belah pihak masih dalam tahap pemenuhan syarat dan ketentuan terkait transaksi.

Aksi itu mengacu pada dokumen yang ditandatangani Oktober 2014 lalu dan masih akan berlaku sampai Juni mendatang.

Sebelumnya, Anggota Badan Pemeriksa Keuangan Achsanul Qosasi menilai proses tender share swap yang dilakukan Telkom transparan dan tak bermasalah.

“Kami melakukan audit untuk proses tender. Hasilnya sesuai, tidak ada hal aneh, dan baik-baik saja. Yang aneh justru ada isu-isu yang berakibat saham Telkom justru turun bebas karena seolah-olah memang benar-benar ada kerugian. Itu merugikan negara. BPK belum bisa mengatakan adanya kerugian negara karena transaksinya belum tuntas terjadi. Justru, negara dirugikan karena isu itu,” tegasnya. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER