Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menargetkan ekspor dengan angka yang sama seperti tahun lalu yaitu sebesar US$ 12,74 juta. Pelemahan daya beli masyarakat pada negara-negara tujuan ekspor di kuartal pertama, membuat eksportir berharap penjualan ke luar negeri dapat kembali bergairah pada Agustus dan September mendatang.
"Karena memang permintaan sedang melemah akibat perbaikan produksi domestik di Amerika Serikat (AS). Laporan
payroll bulanan negara tersebut menunjukkan bahwa kapasitas produksi sudah mencapai 24 jam kembali, sehingga mereka mengurangi ekspornya termasuk tekstil. Perlu diketahui bahwa AS ini negara tujuan ekspor kami," ujar Ade di Jakarta, Rabu (6/5).
Perlu diketahui bahwa nilai ekspor tekstil dan produk turunannya pada 2014 mencapai US$ 12,74 juta atau 7,2 persen dari total ekspor non migas nasional yang mencapai US$ 176,29 juta. Di mana sebanyak 32,3 persen dari angka tersebut diekspor ke Amerika Serikat. Di dalam angka tersebut, sebanyak 70 persen merupakan ekspor garmen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kendati melemah di awal, kami harapkan angkanya meningkat pada Juli dan Agustus mengingat trennya seperti itu. Semua
output manufaktur di seluruh dunia seperti itu, jadi kami yakin ekspor akan tetap sama seperti tahun kemarin sebesar US$ 12,74 juta," ungkapnya.
Investasi Naik
Meskipun ekspor masih tetap stagnan, namun Ade memperkirakan investasi sektor tekstil akan terus meningkat. Ia berekspektasi bahwa pada tahun ini investasi di sektor tekstil akan meningkat menjadi Rp 3 triliun atau meningkat dua kali lipat dibanding tahun lalu.
"Saya yakin investasi akan meningkat dengan nilai Rp 3 triliun pada tahun ini, dimana 50 persen merupakan penanaman modal dalam negeri dan 50 persen sisanya penanaman modal asing. Bahkan terdapat satu PMDN senilai Rp 1 triliun yang sudah mengajukan tax holiday," ujarnya.
Khusus untuk investasi asing, Ade mengatakan bahwa penanam modal utamanya berasal dari Tiongkok dan Korea Selatan dengan output utama pakaian jadi. Selain itu, investasi-investasi baru ini akan difokuskan di Jawa Tengah karena memiliki penduduk usia 17 hingga 18 tahun yang banyak dengan pendidikan yang tidak mencapai jenjang tinggi.
"Kami harapkan investasi bisa bertambah dengan adanya kebijakan tax allowance. Akan lebih baik lagi jika disertai dengan kebijakan FTA dengan negara lain," tambahnya.
Menurut data badan koordinasi penanaman modal (BKPM), realisasi investasi dalam negeri di sektor tekstil pada tahun 2014 mencapai angka Rp 1,45 triliun dan US$ 422,5 juta investasi asing. Selain itu, investasi dalam negeri sektor ini pada kuartal pertama 2015 mencapai Rp 455,1 miliar dan investasi asing sebesar US$ 63 juta.
(gen)