Perang Harga Lemahkan Ekspor Indonesia ke Asean

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Jumat, 15 Mei 2015 14:04 WIB
BPS mencatat pada April 2015, nilai ekspor mesin dan peralatan listrik turun 1,7 persen, dari US$ 1,4 miliar pada April 2014, menjadi US$ 1,36 miliar.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin (kiri) didampingi Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo (kanan) memparkan kinerja ekspor-impor dan neraca perdagangan bulan Februari di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (16/3). BPS mencatat neraca dagang Februari 2015 surplus 738,3 juta dollar AS, sedangkan Neraca perdagangan kumulatif Januari-Februari 2015 tercatat surplus 1,48 miliar dollar AS khususnya pada neraca migas dan non-migas. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) menilai melemahnya pasar ekspor memicu perang harga di kawasan Asia Tenggara menyusul berlebihnya pasokan di masing-masing negera. Hal ini yang membuat barang hasil produksi Indonesia sulit menembus pasar kawasan yang pada akhirnya melemahkan kinerja ekspor nasional.

Sasmito Hadi Wibowo, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS menjelaskan ekspor Indonesia ke negara-negara Asia Tenggara menurun akibat terjadinya peningkatan produksi di masing-masing negara. Melemahnya permintaan ekspor dunia membuat negara-negara Asean berlomba-lomba membanting harga, khususnya untuk produk mesin dan peralatan listrik. Alhasil

"Kini banyak sekali negara-negara Asia Tenggara yang menurunkan harga barang untuk mendorong ekspornya. Pelakunya antara lain Vietnam, Singapura, serta Malaysia dengan barang utamanya adalah barang-barang listrik dan mesin," ujarnya di Jakarta, Jumat (15/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BPS mencatat pada bulan lalu, nilai ekspor mesin dan peralatan listrik turun 1,7 persen, dari US$ 1,4 miliar pada April 2014, menjadi US$ 1,36 miliar.

Sasmito menuturkan pelemahan ekspor nasional semakin parah setelah Tiongkok terlibat dalam perang harga.

"Kadang harga produk-produk Tiongkok itu tak masuk akal. Harga sebuah barang yang biasanya senilai Rp 2 juta bisa dijual dengan harga Rp 700 ribu. Manfaatnya mungkin serupa, tapi kualitasnya dipertanyakan," tuturnya.

Untuk membalikan keadaan, BPS menganjurkan pemerintah untuk meningkatkan perdagangan intra-Asean, terutama untuk komoditas-komoditas yang menguasai pangsa pasar ekspor kawasan. Karenanya, pemerintah harus melakukan kerjasama dengan negara lain untuk menjaga kekuatan ekspor Indonesia.

"Misalnya dengan CPO. Asal kita kompak dengan Malaysia, kita bisa kuasai ekspor termasuk ke pasar Asean, mengingat ekspor kita dan Malaysia menguasai pasar CPO hampir 90 persen. Kemudian karet, kita juga harus kompak juga dengan Malaysia, Vietnam, Thailand," jelasnya.

Sebagai informasi, BPS mencatat bahwa ekspor non migas Indonesia ke negara-negara Asean selama Januari-April 2015 mencapai US$ 9,18 miliar. Sementara itu, impor non migas Indonesia dari negara Asean dalam periode yang sama mencapai US$ 8,56 miliar. (ags/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER