Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono dipercaya Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) menjabat sebagai Wakil Presiden ADB urusan Pengelolaan Pengetahuan dan Pembangunan Berkelanjutan. Bambang menyingkirkan 33 kandidat lainnya untuk menggantikan Bindu Lohani yang akan memasuki masa pensiun.
“Saya akan efektif bertugas di kantor pusat ADB di Manila pada akhir Juni 2015, setelah pejabat sebelumnya pensiun,” ujar Bambang ketika dihubungi, Senin (8/6).
Bambang menuturkan penunjukkannya sebagai Wakil Presiden ADB berdasarkan proses seleksi yang ketat yang dilakukan oleh panitia. Pria yang juga pernah menjabat sebagai Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian itu mengatakan setidaknya ada 33 kandidat yang mengikuti proses seleksi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“67 negara anggota ADB mengusulkan calon sebanyak 33 kandidat. Setelah melalui serangkaian proses fit and proper test sampai wawancara dengan tiga tim konsultan dari Hong Kong, Mumbai, dan Singapura, saya terpilih berdasarkan penilaian kemampuan individu, gaya manajemen, dan kepribadian,” kata Bambang.
Selain dirinya, Bambang menyebut ADB juga menunjuk Diwakar Gupta sebagai Wakil Presiden urusan Operasi Sektor Swasta dan Pembiayaan Bersama.
Tugas Utama
Sebagai Wakil Presiden ADB urusan Pengelolaan Pengetahuan dan Pembangunan Berkelanjutan, tugas utama yang menanti Bambang adalah mengkoordinir para Direktur Jenderal dan kepala ekonom yang mengurus kebijakan pembangunan ekonomi, pemberantasan kemiskinan, pelestarian lingkungan hidup, dan perubahan iklim di kawasan Asia.
“Harapan saya dengan masuk ke ADB bisa mendorong orang Indonesia lain untuk berperan aktif di lembaga internasional. Di era global sekarang ini, kita tidak bisa selamanya hanya menjadi pasar tetapi harus bisa mengambil kebijakan di lembaga tersebut. Tunjukkan bahwa orang Indonesia mampu,” tegas Bambang.
ADB yang berbasis di Manila berdiri sejak 1966. Indonesia sendiri memiliki saham sekitar 5 persen dari total 67 negara pemegang saham sekaligus anggota ADB. Pada 2014, dukungan ADB terhadap pembangunan di Asia Pasifik berjumlah U$ 22,9 miliar, termasuk pembiayaan bersama U$ 9,2 miliar.
(gen)