Jakarta, CNN Indonesia -- Kendati menelan kerugian akibat membuka enam gerai Ministop sepanjang tahun 2014 lalu, induk jaringan retail Ranch Market dan Farmers Market, PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) tetap bersikukuh mempertahankan investasi di bidang convenience store tersebut, meski porsinya berkurang.
Direktur Utama RANC Nugroho Setiadharma mengatakan perseroan akan mengurangi porsi investasi di Ministop, namun perseroan juga akan menjajaki investor baru yang akan digandeng dalam mengelola Ministop melalui pola
strategic investment. Sayangnya ia belum bisa mempublikasikan investor baru mana yang sedang dalam proses penjajakan.
"Nantinya kita cari investor baru diharapkan dengan strategic investment ini bisa membawa
benefit. Karena sekarang mencari lokasinya susah, jadi pasti investor yang kita undang adalah yang sudah mempunyai lokasi di beberapa titik sehingga kita punya sewa tidak begitu terlalu mahal," ujar Nugroho di Jakarta, Rabu (17/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk diketahui, pendapatan bersih Perseroan tahun 2014 adalah sebesar Rp 1,6 triliun naik 26,4 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan pendapatan bersih ini didorong oleh 9,5 persen
same store sales growth dan penambahan 3 toko baru (Farmers Market Bintaro Exchange, Farmers Market Grand Wisata Bekasi dan Farmers Market Jababeka).
Namun, margin laba bersih tahun 2014 turun menjadi 0,6 persen dari 2,6 persen di tahun 2013. Penurunan marjin laba bersih tersebut lebih di karenakan kerugian dari entitas anak, PT Bahagia Niaga Lestari (Ministop), yang mulai beroperasi dengan dibukanya Ministop pertama pada semester kedua tahun 2013.
Menurut Nugroho, pengembangan format Ministop membutuhkan waktu yang panjang dan memerlukan penyesuaian dari waktu ke waktu sampai dapat menyesuaikan keinginan dan selera pelanggan, disamping tantangan kompetisi yang semakin keras, harga sewa properti yang tinggi terutama di Jakarta, dan pemilihan lokasi-lokasi strategis.
Namun ia yakin pertumbuhan mini market dengan konsep
convenience store di Indonesia memiliki prospek yang positif. Menurutnya, sudah hampir 2 tahun belakangan ini angka pertumbuhan
convenience store lebih tinggi dibandingkan angka pertumbuhan hypermarket dan supermarket, khususnya di kota besar macam Jakarta.
"Di konsep hypermarket pertumbuhannya sudah minus, di konsep supermarket pertumbuhannya sudah di bawah dua digit, sedangkan pertumbuhan yang paling tinggi adalah convenience store sampai 22 persen, jadi memang ini adalah lifestyle di kota besar," jelasnya.
Persaingan dan StrategiIa menilai gerai toko lain seperti 7-Eleven, Lawson, dan Family Mart merupakan pesaing berat yang harus dihadapi Ministop. Terlebih tiga pemain besar tersebut masuk ke Jakarta dalam kurun waktu yang bersamaan.
"Sedangkan
convenience store itu perlu
domination strategy, artinya dia harus hadir lebih banyak di suatu tempat agar lebih mendominasi dan efisien. Kalau cuma di Jakarta 10-20 toko itu enggak efisien, harus ada 100 toko agar lebih efisien," katanya.
(gir/gir)