Pemerintah Sulap Kawasan Konservasi jadi Great Barrier Reef
Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Jumat, 07 Agu 2015 07:41 WIB
Bagikan:
url telah tercopy
Great Barrier Reef di Australia.(Thinkstock/Itos)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berambisi menjadikan kawasan konservasi perairan Indonesia layaknya wilayah konservasi Great Barrier Reef di Queensland, Australia.
Pasalnya, kawasan konservasi terumbu karangyang membentang 2.000 km dengan luas mencapai 346 ribukilometer (km) persegi ini mampu memberikan kontribusi hingga AUS$ 5,7 miliar atau hampir Rp 60 triliun per tahunnya bagi pemerintah Negeri Kanguru.
“Great Barrieritu dengan konservasi 300 ribu hektare saja, bisa mendapatkan penerimaan negara dari wisata, seperti mancing, menyelam, rekreasi, dan lainnya, bisa sampai AUS$ 57 miliar atau sama dengan kurang lebih Rp 60 triliun. Kalau Indonesia bisa mengembangkan 10 lokasi seperti itu, itu sangat bagus,” kataDirektur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil KKP Sudirman Saad saat ditemui di Jakarta, Kamis (6/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudirman mengungkapkan, saat ini Indonesia memiliki 141 kawasan konservasi laut. Keindahan terumbu karang di beberapa diantaranya sudah memiliki potensi untuk menjadi seperti Great Barrier Reef, seperti perairanRaja Ampat dan Wakatobidi bumi Papua serta Taman LautBunaken, di Manado.
Apabila keindahan terumbu karang di wilayah konservasi perairan terjaga, katanya ekosistem di sekitarnya pun juga ikut terjaga.
“Kalau terumbu karang di kelola dengan baik maka keanekaragaman hayati dengan sendirinya akan terjaga. Ikan selain besar, populasi juga bertambah, dengan begitu biota laut kita terkonservasi juga,” kata Sudirman.
Sayangnya, seiring dengan rencana tersebut Sudirman mengakui bahwa kepedulian masyarakat dinilai masih kurang sehingga sebagian besar kawasan konservasi perairan belum tergarap dengan optimal. Oleh karena itu ia berharap masyarakat sekitar mau mendukung rencana pemerintah.
“Perlu awareness masyarakat kita, kalau kita ingin (kawasan konservasi perairan kita) seperti di Australia, perlu pengelolaan yang efektif. Kemudian ada kolaborasi termasuk dengan melibatkan teman-teman pengusaha,” cetus Sudirman.
Di temui terpisah Laurence McCook, peneliti ARC Centre of Excellence for Coral Reef Studies, menyebut kehadiran kawasan konservasi perairan tidak hanya penting bagi lingkungan, tapi juga memiliki nilai sosial dan ekonomi. Dia mengambil contoh, Great Barrier Reef selain berkontribusi pada penerimaan negara juga membuka lapangan pekerjaan.
“Ada 69 ribu pekerjafull-timeyang terlibat di kawasan konservasi terumbu karang Great Barrier Reef,” kata Laurence di tempat yang sama.
Meski begitu Laurence mengungkapkan butuh banyak waktu agar kawasan konservasi laut Indonesia bisa menjadi wilayah layaknya Great Barrier Reef seperti keadaanya sekarang. Berdiri sejak tahun 1975, saat ini Great Barrier Reef menghadapi tantangan dari adanya perubahan iklim dan peningkatan aktivitas kapal.
“Jadi (menjaga konservasi terumbu karang) ini semakin sulit dan Australia harus mencoba lebih keras lagi (untuk menjaga) tapi kami harap kami dapat menghadapi tantangan itu seperti yang Indonesia lakukan sekarang,” ujarnya.
Walau demikian Laurence mengapresiasi langkah KKP bersama dengan marinir TNI AL yang ingin menyelamatkan terumbu karang di perairan Nusantara, terutama di kawasan konservasi perairan.
“Seluruh dunia mengetahui bahwa terumbu karang indonesia dan laut indonesia sangat berharga bagi kita semua, bagi seluruh dunia. Jadi kami berharap Indonesia dapat membantu kita semua dengan menjaga terumbu karang,” tandas Laurence.
Sebagai informasi, sampai sekarang luas wilayah konservasi perairan Indonesia baru mencapai 16,45 juta hektare dari 310 juta hektare luas perairan di Tanah Air. KKP menargetkan akan meningkatkan luas kawasan konservasi perairan hingga 20 juta hektare pada 2020.(dim/gen)