Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) berencana menerbitkan
Negotiable Certificate of Deposit (NCD) pada paruh kedua tahun ini guna menjaga keseimbangan arus dana atau likuiditas dan penyaluran kredit.
Presiden Direktur BII Taswin Sakaria mengatakan pihaknya bakal menerbitkan NCD tersebut dalam semester II 2015, tetapi manajemen masih menunggu waktu yang tepat. Pasalnya, kondisi ekonomi saat ini sedang tidak bagus.
“Sebenarnya rencana kami NCD ini bisa terbit pada kuartal III. Namun kita lihat terus nanti kondisinya akan seperti apa,” jelas Taswin di Jakarta, Senin (24/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, ia mengaku pihaknya bakal menggunakan dana hasil penerbitan NCD tersebut guna memuluskan likuiditas perseroan. Dana tersebut nantinya bakal digunakan untuk menggenjot penyaluran kredit BII.
“Rencananya yang diterbitkan senilai Rp 500 miliar sampai Rp 1 triliun,” ungkap Taswin.
Untuk diketahui, Pendapatan Bunga Bersih (NII) BII meningkat 10,9 persen dari Rp 2,8 triliun pada Juni 2014 menjadi Rp 3,1 triliun pada Juni 2015 karena Marjin Bunga Bersih Bank naik menjadi 4,73 persen dari 4,48 persen.
Sementara pendapatan operasional lainnya (pendapatan imbal jasa atau
fee based income) per 30 Juni 2015 naik 8,5 persen menjadi Rp1,1 triliun dibandingkan dengan Rp1,0 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kredit Perbankan Ritel BII mencatat pertumbuhan kredit sebesar 14,2 persen dari Rp38,3 triliun menjadi Rp43,8 triliun, Kredit Perbankan Bisnis tumbuh 13,1 persen dari Rp38,3 triliun menjadi Rp43,3 triliun, sementara kredit Perbankan Global turun 27,2 persen dari Rp29,4 triliun menjadi Rp21,4 triliun.
Adapun Kredit Perbankan Ritel dan Kredit Perbankan Bisnis masing-masing memberikan kontribusi 40 persen dari total portofolio kredit Bank sementara kredit Perbankan Global memberikan kontribusi sebesar 20 persen dari total kredit Bank.
Lebih lanjut, portofolio KPR tumbuh 15,6 persen menjadi Rp17,2 triliun dengan kualitas aset yang baik, sementara Unsecured loans meningkat 19,7 persen dengan Kredit Tanpa Agunan naik 48,6 persen dan tagihan Kartu Kredit meningkat 8,8 persen.
Sementara itu, perbankan elektronik juga menunjukkan perkembangan yang kuat dengan 81 persen transaksi ritel menggunakan saluran elektronik Bank, mendorong pertumbuhan pada volume saluran elektronik.
Sebelumnya, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) menyetujui perunahan nama BII menjadi PT Bank Maybank Indonesia. BII bakal meminta persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, serta regulator terkait.
Proses transformasi ilmiah telah dimulai sejak 20 Maret 2009 dengan memperkenalkan identitas baru perusahaan. Hal ini menandai kehadiran pemegang pengendali, Malayan Banking Berhad (Maybank) yang merupakan kelompok usaha finansial terbesar keempat di Asean.
(gir/gir)