Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Jokowi menilai saat ini Indonesia menghadapi perlambatan ekonomi, bukannya krisis ekonomi seperti yang dikhawatirkan banyak pihak.
"Kita sedang menghadapi perlambatan ekonomi, hati-hati, jangan bilang krisis ekonomi," ujar Jokowi kepada 250 calon pimpinan daerah yang hadir dalam acara pembukaan rapat kerja nasional Partai NasDem di Plenary Hall, Jakarta Convention Center (JCC), Senin (21/9) malam.
Sang kepala negara menjelaskan, tahun lalu pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,0 persen, sedangkan saat ini 4,7 persen. Ditambahkan dia, Indonesia masih menempati lima besar negara dengan pertumbuhan ekonomi terbaik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagai bangsa besar jangan mencemooh bangsa sendiri, jangan sampai itu ada. Pola berpikir kita ini harus kita ubah apa pun keadaannya. Melambat iya, terjadi penurunan iya, tapi dengan krisis beda sekali," kata dia.
Menurut Jokowi, tantangan negara saat ini adalah tingginya angka impor pangan. Di tahun 2014 saja, Indonesia telah mengimpor 7,4 juta ton gandum, 3,2 juta ton gula, dan 3,3 juta ton jagung.
"Kalau semua produk-produk seperti ini, gula, kedelai, jagung, garam semuanya impor, ya inilah yang menyebabkan kegoncangan neraca perdagangan. Ya, karena membeli impor, impor harus pakai dolar," ujar dia.
Ia pun menganggap bahwa ini merupakan salah satu penyebab ketergantungan Indonesia kepala mata uang Amerika Serikat itu, meskipun faktor terbesarnya berasal dari faktor eksternal.
"Tugas bapak, ibu semuanya, kedelai dikedepankan di daerah sehingga ke depan tidak ada impor beras, kedelai, dan jagung. Tantangan Indonesia ini, kita ini masih senang dengan produk impor. Sepatu kalau enggak impor, enggak seneng. Tas kalau enggak impor, malu," kata dia.
Jokowi juga menekankan bahwa populasi Indonesia yang sudah mencapai lebih dari 250 juta jiwa ini sebenarnya bisa menjadi pasar yang sangat besar untuk produk dalam negeri, terutama produk pangan.
(chs)