Jakarta, CNN Indonesia -- Kegemaran anak-anak bermain
gadget telah menjadi perhatian khusus para psikolog dan pemerhati pendidikan di Indonesia. Berbeda dengan anak-anak desa, mereka yang tinggal di kota besar cenderung lebih memilih menghabiskan waktunya dengan bermain
gadget dibandingkan bermain bersama teman sebayanya.
Minimnya tempat bermain anak di kota besar, disebut menjadi salah satu penyebab anak-anak banyak yang tidak mengenal permainan tradisional yang dimainkan orang tuanya. Oleh karena itu, tidak ada salahnya sesekali mengajak anak berlibur ke desa.
Salah satu desa yang bisa mengenalkan berbagai permainan dan kegiatan untuk anak-anak di luar ruangan adalah Desa Sukalaksana di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbeda dengan konsep Kampung Sampireun yang menyajikan penginapan dengan fasilitas layaknya hotel berbintang di tengah danau buatan, Desa Sukalaksana atau yang lebih dikenal dengan nama Desa Wisata Ciburial justru menyediakan 25 rumah warga sebagai
homestay bagi para tamu yang datang.
Tarifnya pun hanya Rp 25 ribu saja untuk menginap selama satu hari dan Rp 15 ribu per orang untuk satu kali makan masakan khas Jawa Barat yang disajikan empunya rumah.
“Anak-anak bisa bermain enggrang, bakiak, gatrik, menangkap ikan di sungai, berlatih pencak silat, sampai merawat domba Garut disini,” ujar Oban, Lurah Desa Sukalaksana saat ditemui
CNN Indonesia, akhir pekan lalu.
Oban yang telah menjabat sebagai Lurah selama dua periode di desa tersebut menjelaskan, selain bisa belajar permainan tradisional, anak-anak dan orang tuanya juga bisa membaur untuk membantu melakukan kegiatan sehari-hari warga desa seperti mencangkul di sawah, memancing, sampai membuat berbagai kerajinan dan makanan kecil khas Jawa Barat.
“Dalam satu bulan, rata-rata Desa Ciburial bisa dikunjungi hampir 300-400 orang tamu yang datang menginap di sini. Tidak hanya dari Jakarta saja, tetapi sampai dari luar Jawa karena konsep wisata unik kembali ke alam yang kami sediakan,” ujar Oban.
Pemberdayaan MasyarakatOban menuturkan, konsep desa wisata pertama kali disodorkannya kepada Pemerintah Kabupaten Garut pada 2009 lalu setelah mendapat dukungan dari Camat Samarang. Konsep tersebut kemudian di evaluasi pemerintah daerah bersama Chevron Geothermal Indonesia Ltd, yang memiliki wilayah konsesi panas bumi di daerah Darajat, tidak jauh dari desa tersebut.
Setelah berdiskusi cukup panjang guna mematangkan konsep tersebut, manajemen Chevron kemudian setuju membantu Oban dan pemerintah daerah untuk mengembangkan desa wisata Ciburial dengan menggunakan alokasi dana Social Investment Program yang dimilikinya.
Tig Julianto, Communication Engagement Specialist Chevron menuturkan keputusan manajemen menyetujui proposal pengembangan desa wisata Ciburial karena menilai konsep bisnis yang disodorkan Lurah Oban bisa bermanfaat bagi masyarakat desa yang dipimpinnya.
“Kami galau dengan banyaknya pengembangan wisata di daerah ini yang tidak memperhatikan aspek lingkungan. Oleh karena itu saat ada konsep yang menonjolkan aktivitas keseharian warga desa, kami dukung,” ujar Tig saat dihubungi.
Chevron menurut Tig memiliki konsesi seluas 5 ribu hektare di Kabupaten Garut, termasuk di dalamnya Desa Ciburial tersebut.
“Di Garut kami memiliki 30 desa binaan, dan Ciburial merupakan salah satu diantaranya. Chevron hanya membantu mematangkan konsep, dan membantu sedikit pendanaan. Karena ternyata dana yang paling besar justru datang dari Kementerian Pendidikan Nasional, yang pada awalnya kami pertemukan dengan Pemerintah Desa ini,” kata Tig.
(gen)