Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mengincar pertumbuhan laba bersih mencapai 15 persen atau mencapai Rp11,15 triliun tahun 2016. Untuk tahun ini, perseroan mengaku memprediksi penurunan laba bersih sekitar 10 persen dibanding tahun lalu menjadi Rp9,7 triliun.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menyatakan, tahun ini perseroan mengalami pelemahan kinerja yang membuat jumlah laba bersih merosot. BNI banyak melakukan pencadangan untuk mengantisipasi lonjakan tingkat kredit bermasalah (non performing loan/NPL).
“Tahun ini sepertinya laba bersih akan turun sekitar 10 persen di bawah tahun lalu. Kalau semester I laba bersih turun hampir 50 persen. Untuk akhir tahun intinya makin mengecil,” ujar Achmad usai pembukaan perdagangan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (25/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk tahun depan, perseroan menargetkan mampu memperbaiki kinerja melalui ekspansi kredit. Achmad mengaku target pertumbuhan penyaluran kredit tahun depan bakal lebih tinggi dari prediksi tahun ini.
“Kami target bisa 14-16 persen pada target tahun depan, kalau BI (Bank Indonesia) 12-14 persen. Kami tahun ini memprediksi bisa 14 persen,” tuturnya.
Jika mengacu
outstanding kredit BNI saat ini, maka perseroan menargetkan bisa menggelontorkan kredit hingga Rp320 triliun hingga akhir 2015. Sementara untuk tahun depan, dengan target pertumbuhan hingga 16 persen, BNI mengincar penyaluran kredit hingga Rp 371,2 triliun.
“Laba bersih tahun depan bisa tumbuh 10-15 persen. Dengan ekspansi kredit yang ada, kami optimistis bisa mencapai target laba bersih,” kata Achmad.
Jika dihitung, maka BNI mengincar laba bersih hingga Rp11,15 triliun tahun depan. Namun, Achmad menyatakan pihaknya fokus menekan rasio NPL perseroan yang sempat melonjak tahun ini.
“Targetnya NPL bisa di bawah 3 persen atau saya patok di sekitar level 2,8 persen,” ujarnya.
Belanja ModalAchmad menambahkan, demi mencapai target laba tersebut, BNI menyiapkan belanja modal (
capital expenditure/capex) untuk menambah cabang dan mengembangkan divisi IT perseroan.
“Capex dulu Rp 3 triliun. Tahun depan tetap di level Rp 3 triliun. Kalau tahun ini banyak untuk pembelian gedung yang dimiliki dana pensiun. Itu kita ambil alih. Untuk tahun depan ada untuk IT dan non IT seperti menambah cabang,” kata Achmad.
Dari sisi kinerja perseroan terkini, dalam 10 bulan pertama tahun ini BNI membukukan laba bersih Rp6,7 triliun turun 16 persen secara tahunan. Dalam bulan Oktober terlihat peningkatan biaya provisi, sehingga terjadi penurunan laba bersih 35 persen sekitar Rp912 miliar secara bulanan.
Rasio biaya terhadap pendapatan adalah 38 persen bulan Oktober dan 44 persen pada 10 bulan pertama 2015.
"Kami memproyeksikan laba bersih BNI sebesar Rp9 triliun tahun 2015, pertumbuhan kredit 13 persen dan 2,9 persen NPL (rasio kredit macet) pada akhir tahun ini,” ujar analis Mandiri Sekuritas, Tjandra Lienandjaja.
(rdk)