Produksi Susu Sapi Indonesia Tersumbat Rendahnya Harga

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Jumat, 22 Apr 2016 18:51 WIB
Produksi susu turun dalam lima tahun terakhir karena tidak ada revisi harga susu dan harga pakan. Serta naiknya harga daging sapi.
Produksi susu turun dalam lima tahun terakhir karena tidak ada revisi harga susu dan harga pakan. Serta naiknya harga daging sapi. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa).
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga susu yang rendah di tingkat peternak sapi perah menjadi salah satu penyebab menyusutnya jumlah sapi perah di Indonesia. Hal ini otomatis berimbas pada jumlah produksi susu sapi.

"Produksi susu turun dalam lima tahun terakhir karena tidak ada revisi harga susu dan harga pakan. Serta naiknya harga daging sapi," kata Rias Dyahtri Silvana, Ketua KUTT Suka makmur Grati Pasuruan ketika ditemui CNNIndonesia.com pada acara Penutupan Farmer2farmer Frisian Flag di Jakarta, Jumat (22/4).

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian pada 2015, peternak sapi lokal hanya mampu menyediakan 23 persen atau 805.363 ton kebutuhan susu sapi nasional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk menutupi kekurangan tersebut, Indonesia mengimpor susu dari beberapa negara sub tropis seperti Selandia Baru dan Australia.

Rias menuturkan, untuk produksi susu oleh peternak yang tergabung pada koperasinya tahun ini mencapai rata-rata 60 ton liter per hari. Angka ini turun dari tahun lalu yang mencapai rata-rata 72 ton liter per hari.

Harga susu dianggap peternak menjadi salah satu kendala, terutama apabila susu hasil produksi peternakan tidak dibeli langsung oleh Industri Pengolahan Susu. Menurut Riah, sebelum bergabung dengan IPS, harga susu segar dihargai Rp4.500 per liter. Ketika sudah bergabung, harga naik 10 sampai 12 persen.

"Harga dari pabrik yang lebih tinggi jelas berpengaruh pada kesejahteraan peternak. Harga pakan yang naik terus setiap tahun akan membuat peternak frustasi," kata Rias.

"Dan peternak yang kepemilikannya di bawah dua ekor tidak pikir panjang dan memilih untuk menjual sapinya menjadi sapi potong demi kelangsungan makan, ini juga yang membuat penurunan angka produksi di tingkat peternak," imbuhnya.

Menurut Rias, bila harga jual susu dan harga pakan membaik maka dapat mendorong para peternak untuk kembali berinvestasi dengan membeli sapi perah dan memproduksi susu segar.

Tidak Optimal

Di sisi lain, Kementerian Pertanian berpendapat bahwa produksi susu masih terkendala salah satu penyebabnya adalah proses adaptasi sapi perah di Indonesia.

Ditemui CNNIndonesia.com dalam acara yang sama, Kepala Sub Direktorat Ternak Unggas dan Aneka Ternak Direktorat Ternak Ditjen PKH Kementerian Pertanian Wignyo Sadwoko menyampaikan hal tersebut.

"Sapi perah inikan sapi sub tropis, maka produksinya tidak akan pernah optimal. Sapi ini pun tidak bisa di semua tempat di Indonesia dapat dikembangkan," kata Wignyo.

Wagnyo mengungkapkan sapi perah membutuhkan dataran tinggi agar dapat sesuai dengan habitat aslinya yang sub tropis. Selain dataran tinggi, sapi perah juga membutuhkan dukungan lahan seperti kualitas rumput segar yang baik dan selalu tersedia.

Pulau Jawa dianggap Wagnyo sudah tidak lagi cocok untuk memperluas area produksi susu sapi. Sehingga instansinya mencoba menumbuhkan peternakan sapi perah di luar Jawa sejak 2007 seperti di Sumatera.

"Kami juga berupaya mendorong dengan cara pelatihan, penguatan fasilitas, modal, bantuan sapi, juga pengkajian peningkatan produktivitas. Cara lainnya adalah bekerjasama dengan swasta, namun ini proses yang sangat panjang dan kami mengharap para peternak yang dilatih dapat melatih peternak yang lain,” ujarnya. (gen)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER