Pemerintah Diminta Cabut Subsidi Kapal Ternak
Prima Gumilang | CNN Indonesia
Sabtu, 18 Jun 2016 16:08 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Viva Yoga Mauladi mengusulkan agar pemerintah menghentikan subsidi kapal ternak yang mengangkut sapi dari Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Hal itu sebagai salah satu cara menurunkan mahalnya harga daging sapi menjelang Hari Raya Idul Fitri.
"Soal kapal ternak diberhentikan saja. Karena itu menggunakan subsidi dari negara," kata Viva usai diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (18/6).
Dia menjelaskan, selama ini pemerintah memberikan subsidi uang transportasi untuk setiap ekor sapi sebesar Rp500 ribu. Sementara sapi yang diangkut dari NTB dan NTT itu hanya untuk menyuplai satu persen kebutuhan kota di wilayah Jabodetabek, Jawa Tengah dan Surabaya.
"Apakah mungkin menyuplai satu persen bisa melakukan intervensi menurunkan harga pasar? Enggak mungkin. Maka berhentikan saja (subsidi kapal ternak), karena itu uang negara. Tidak akan mampu (menurunkan harga daging di pasar)," ujarnya.
Dilihat dari sisi penawaran dan permintaan, Viva menilai kenaikan harga daging sapi bisa disebabkan oleh tiga hal. Di antaranya karena stok daging berkurang, kemandekan di jalur distribusi, dan adanya potensi penimbunan daging sapi.
"Kata Kementerian Pertanian stok (daging sapi) aman. Kalau saya, itu perlu dicek ulang. Amannya bagaimana, kok malah terjadi kenaikan," ujar Viva.
Politisi PAN ini menduga, harga daging sapi sebesar Rp80 ribu per kilo merupakan daging beku impor. Sementara masyarakat lebih senang daging lokal yang masih segar dibanding daging beku impor.
"Para pelaku usaha dengan menjual Rp80 ribu per kilogram sudah dapat untung. Saya sudah cek harganya," kata Viva.
Ke depan, dia berharap pemerintah dapat memperbanyak sentra produksi peternakan dengan menambah jumlah populasi dan penggunaan teknologi. BUMN peternakan, kata Viva, perlu dimanfaatkan untuk mendapatkan sapi dari masyarakat.
Dia juga mengusulkan agar pemerintah melakukan program diversifikasi daging. Saat ini untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, pemerintah lebih fokus pada daging sapi. Sementara daging kerbau dianggap yang relatif lebih murah dan memiliki protein hewani yang lebih tinggi dibanding sapi, tidak jadi prioritas.
"Kita punya kerbau lokal, kalau hanya sapi, pemerintah ini ada apa, jangan-jangan pemerintah melakukan abuse of power, hanya melakukan importasi yang berasal dari negara-negara tertentu. Jangan sampai terkesan seperti itu," ujarnya.
Dia menambahkan, perlu ada kehendak politik dari pemerintah untuk melakukan diversifikasi pemenuhan protein hewani agar tidak hanya dari sapi saja. (pit)
"Soal kapal ternak diberhentikan saja. Karena itu menggunakan subsidi dari negara," kata Viva usai diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (18/6).
Dia menjelaskan, selama ini pemerintah memberikan subsidi uang transportasi untuk setiap ekor sapi sebesar Rp500 ribu. Sementara sapi yang diangkut dari NTB dan NTT itu hanya untuk menyuplai satu persen kebutuhan kota di wilayah Jabodetabek, Jawa Tengah dan Surabaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilihat dari sisi penawaran dan permintaan, Viva menilai kenaikan harga daging sapi bisa disebabkan oleh tiga hal. Di antaranya karena stok daging berkurang, kemandekan di jalur distribusi, dan adanya potensi penimbunan daging sapi.
Politisi PAN ini menduga, harga daging sapi sebesar Rp80 ribu per kilo merupakan daging beku impor. Sementara masyarakat lebih senang daging lokal yang masih segar dibanding daging beku impor.
"Para pelaku usaha dengan menjual Rp80 ribu per kilogram sudah dapat untung. Saya sudah cek harganya," kata Viva.
Ke depan, dia berharap pemerintah dapat memperbanyak sentra produksi peternakan dengan menambah jumlah populasi dan penggunaan teknologi. BUMN peternakan, kata Viva, perlu dimanfaatkan untuk mendapatkan sapi dari masyarakat.
Dia juga mengusulkan agar pemerintah melakukan program diversifikasi daging. Saat ini untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, pemerintah lebih fokus pada daging sapi. Sementara daging kerbau dianggap yang relatif lebih murah dan memiliki protein hewani yang lebih tinggi dibanding sapi, tidak jadi prioritas.
"Kita punya kerbau lokal, kalau hanya sapi, pemerintah ini ada apa, jangan-jangan pemerintah melakukan abuse of power, hanya melakukan importasi yang berasal dari negara-negara tertentu. Jangan sampai terkesan seperti itu," ujarnya.
Dia menambahkan, perlu ada kehendak politik dari pemerintah untuk melakukan diversifikasi pemenuhan protein hewani agar tidak hanya dari sapi saja. (pit)
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL
TERKAIT
TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK