Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Mayapada Internasional Tbk akan menggelar aksi korporasi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau
rights issue di akhir kuartal ketiga. Hasil dari
rights issue ditargetkan mencapai Rp1 triliun yang akan digunakan perseroan untuk mendongkrak modal.
Direktur Utama Bank Mayapada Haryono Tjahjarijadi mengatakan, saat ini modal inti perseroan masih berkisar Rp4,1 triliun - Rp4,2 triliun. Dengan
rights issue diperkirakan modal intinya terkerek mencapai Rp5,2 triliun.
“Kalau melihat prosesnya, menyerap hasil
rights issue, melapor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk kemudian dicatat. Sehingga, baru tahun depan kami bisa naik kelas menjadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) 3,” ujarnya, Kamis (15/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun, pengembangan bisnis yang akan dilakukan Bank Mayapada di kelas barunya, antara lain pendalaman produk perbankan dan layanan, pengembangan teknologi, seperti uang elektronik, internet banking, dan
mobile banking.
Tak cuma itu, perseroan bahkan mulai menggemukkan bisnis konsumer yang digelutinya dengan menerbitkan kartu kredit, kredit tanpa agunan, kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB).
“Saat ini, porsi kredit konsumer kami baru 10 persen, ritel dan usaha kecil dan menengah 35 persen dan sisanya ke korporasi sebanyak 55 persen. Kami ingin perbesar konsumer untuk memanfaatkan peluang perekonomian tahun depan yang diperkirakan membaik,” tutur dia.
Selain pengembangan produk dan bisnis, Bank Mayapada juga berniat melebarkan sayap usahanya dengan membuka 20-25 kantor cabang pembantu di tahun depan.
Per Juli 2016, Bank Mayapada tercatat menyalurkan kredit Rp41 triliun atau melesat 33 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Korporasi sektor properti dan konstruksi memberi kontribusi positif terhadap bisnis perseroan.
Rasio kredit bermasalah alias
nonperforming loan (NPL) perseroan mencapai 2,6 persen. Meski trennya meningkat, Haryono mengklaim, realisasinya masih di bawah NPL industri yang menyentuh 3 persen.
“Diharapkan, pertumbuhan kredit sampai akhir tahun nanti bisa menyentuh 15-16 persen. Kami tidak berani mematok pertumbuhan lebih tinggi, mengingat pertumbuhan kredit
year to date Januari-Juli di kisaran 15 persen,” imbuh Haryono.
(gen)