Harga Minyak Anjlok Akibat Keraguan Pemangkasan Produksi OPEC

Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak acuan Eropa, Brent LCOc1 turun 0,35 persen menjadi US$51,85 per barel pada Jumat (14/10) pagi, akibat merebaknya keraguan pemangkasan produksi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tahun ini.

Sampai saat ini komite yang dibentuk OPEC untuk menghitung produksi final dari setiap negara anggota masih bekerja, dan baru akan memberi laporan final pada pertemuan berikut di Wina, November 2016. Komite tersebut terbentuk setelah OPEC menyepakati pembatasan produksi tahun ini menjadi 32,5 juta hingga 33 juta barel per hari (bph) dari target produksi 2016 sebanyak 33,24 juta bph pada akhir bulan lalu.

Seperti dilaporkan Reuters, riset yang dibuat BNP Paribas kepada para nasabahnya di Perancis menyatakan banyak pedagang yang skeptis kesepakatan tersebut bisa mulus diimplementasikan.

“Kami meragukan upaya OPEC dalam memperbaiki harga minyak dunia. Bahkan jika tercapai pemangkasan produksi menjadi 32,5 juta bph saja, hal tersebut tidak akan mengubah keseimbangan permintaan minyak dunia,” bunyi riset tersebut, dikutip Jumat (14/10).

Pilihan Redaksi Pemangkasan Produksi OPEC Sukses Dongkrak Harga Minyak Harga Minyak Tembus Level Tertinggi dalam 4 Bulan Terakhir Rusia jadi Penyebab Minyak Dobrak Harga Tertinggi Tahun Ini

Sebelumnya OPEC telah menerima komitmen Presiden Rusia Vladimir Putin, bahwa negaranya akan mengikuti permintaan organisasi tersebut untuk memangkas produksi demi memperbaiki harga minyak yang terus turun dalam dua tahun terakhir.

Usai Putin menyampaikan komitmennya pada Senin (10/10) lalu, harga minyak melonjak mencapai titik tertingginya sepanjang tahun 2016. Ketika itu harga Brent LCOc1 mencapai US$53,14 per barel, di mana harga ini mendekati titik tertinggi sejak 9 Oktober 2015 senilai US$53,73 per barel. Sementara itu, U.S. West Texas Intermediate (WTI) CLc1 ditutup ke angka US$51,35 per barel, setelah sebelumnya sempat mencapai puncak tertinggi US$51,60 per barel.

Tak hanya Rusia, OPEC juga meminta komitmen dari negara-negara pengekspor minyak lain untuk mengurangi produksinya. Menteri Energi Aljazair, Nouredine Boutterfa berharap, komitmen ini bisa didapatkan dalam pertemuan negara-negara non-OPEC di Istanbul. (gen)