Jakarta, CNN Indonesia -- "Alhamdulillah saya mah neng, pengennya tiap hari aja gini ada demo. Untung saya, kan banyak yang jajan."
Kalimat itu terlontar dari Aat, penjual tahu gejrot yang secara tiba tiba muncul di seberang kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, bilangan Gambir, Jakarta Pusat.
Biasanya, kantor Menteri Susi Pudjiastuti ini memang selalu sepi, bukan hanya sepi pengunjung. Bahkan bisa dibilang tak ada satu pun pedagang yang berjualan di areal sekitar gedung ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aat salah satunya, dia mengaku tak pernah berjualan di gedung KKP sebelumnya. Sambil melayani pesanan ke-31, Aat mengaku senang karena banyak orang yang membeli dagangannya.
"Biasanya jam segini paling baru tiga porsi, ini udah tiga puluhan. Lumayanlah, rezeki," kata Aat di depan Kantor KKP, siang ini.
Pemandangan berbeda tersebut memang terjadi hari ini. Puluhan pedagang kaki lima tiba-tiba memadati trotoar di depan gedung Menteri yang merangkap sebagai gedung Bareskrim Polri. Para pedagang ini bahkan ada yang jauh-jauh datang dari Bekasi untuk mengais Rezeki.
"Kalau rame begini, sebenarnya pendemo banyak yang piknik. Saya jual onde aja sudah hampir habis," kata Fahrizal, penjual onde yang mengaku datang dari Bekasi.
Rizal, sapaan pria tanggung beranak tiga ini memang bisa dikatakan sangat berniat datang ke Jakarta untuk mengejar untung dari para pendemo agar membeli onde-onde buatannya.
Kue bulat yang ditaburi biji wijen ini ternyata memang cukup laris dan terkenal dikalangan para pendemo.
"Aneh memang, tapi itulah yang terjadi. Katanya sambil berdemo tetap harus isi perut," kata Rizal sambil tertawa cekikikan.
"Tadi jualan dari jam 9.00 WIB, udah dapat sekitar Rp400 ribu, padahal biasanya susah laku (jual onde)."
Lain onde, lain soal minuman ringan. Air mineral kemasan botolan menjadi primadona yang paling laris. Tidak cukup ukuran 600 mililiter, bahkan para penjual berani menjajakan air kemasan botolan besar, setingkat 1,5 liter.
"Laku kok mbak, tadi saya di Masjid Istiqlal, terus jalan ke Kemenlu berhenti di sini, sambil ngaso, ini udah mau habis," tutur Mukari, pria berusia sekitar 50 tahun yang berjualan dengan memanfaatkan gerobak dorong.
Beragam minuman dia jual, dari mulai kopi seduh hingga air mineral kemasan. Untuk masalah harga, dia bilang tidak berani menaikkan.
"Kasian, yang beli ini jalan jauh demo, polisi-polisi juga. Sama-sama lah, saya untung mereka juga," katanya.
Bagi para pedagang ini, hiruk-pikuk demo justru menjadi ladang mencari peruntungan besar. Mereka mengakui, pendapatannya bisa meningkat hingga dua kali lipat akibat aksi yang bisa disebut tidak setiap hari terjadi.
"Saya mah enggak peduli mau demo Ahok, mau demo siapa. Yang penting dagangan saya abis, laku. Istri senyum kalau saya pulang bawa duit," kata Mukari.
(gir/gen)