Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak dunia langsung melemah pada hari rabu waktu setempat, setelah Donald Trump dipastikan menjadi presiden terpilih Amerika Serikat (AS) hasil penghitungan cepat. Kondisi ini dianggap semakin memperparah kondisi pasar setelah keluarnya Inggris dari Uni Eropa pada Juni lalu.
Harga minyak mentah
future West Texas Intermediate (WTI) CLc1 melemah menjadi US$43,07 per barel, atau turun 4 persen dibanding penutupan Selasa (7/11). Angka ini menjadi harga terendah sejak September lalu. Sementara itu, harga
future Brent LCOc1 turun 1,7 persen di posisi US$45,26 per barel.
Aktivitas perdagangan minyak mentah di Eropa dan Asia semakin meningkat, seiring kekalahan calon Presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton yang tidak terduga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Analis pasar Forex.com Fawad Razaqzada mengatakan, ada kemungkinan nilai aset yang sensitif terhadap risiko jadi turun drastis akibat kemenangan Trump. "Pasalnya, para spekulan sedang dalam kondisi panik," ujarnya.
Akibat perilaku tersebut, analis memprediksi kemenangan Trump akan memperburuk kondisi harga minyak saat ini.
"Karena investor sekarang berpindah ke aset yang sama sekali tak memiliki risiko. Potensi kenaikan harga tertahan secara jangka pendek karena investor menahan permintaan minyak akibat cemas," jelas Vice President Market Research FXTM Jameel Ahmad.
Hal senada juga diungkapkan oleh analis Mirae Asset Daewoo, Son Jae-Hyun yang mengatakan bahwa investor akan lebih senang memiliki aset yang minim risiko.
"Kemenangan Trump diangap sebagai sesuatu yang mengejutkan, membuat investor mencari aset yang aman dan menekan harga minyak lebih dalam," jelasnya.
Namun, sentimen harga minyak juga disebabkan oleh laporan persediaan minyak mentah AS yang meningkat 4,4 juta barel pada pekan lalu sesuai laporan American Petroleum Institute.
(gen)