Erick Thohir Mundur dari Kursi Presiden Komisaris VIVA

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Selasa, 24 Jan 2017 18:41 WIB
PT Visi Media Asia Tbk menyatakan pada 19 Januari 2017 perusahaan menerima surat pengunduran diri Erick Thohir dari jabatannya selaku Presiden Komisaris.
PT Visi Media Asia Tbk menyatakan pada 19 Januari 2017 perusahaan menerima surat pengunduran diri Erick Thohir dari jabatannya selaku Presiden Komisaris. (CNN Indonesia/Resty Armenia)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) menyatakan bahwa Erick Thohir mundur dari jabatan Presiden Komisaris perusahaan media tersebut. Kendati demikian, tidak ada penjelasan terkait alasan mundurnya Erick, yang saat ini juga menjabat sebagai presiden klub sepak bola Inter Milan tersebut.

Sekretaris Perusahaan VIVA Neil Tobing menyatakan, pada 19 Januari 2017 perusahaan telah menerima surat pengunduran diri Erick Thohir dari jabatannya selaku Presiden Komisaris.

“Selanjutnya proses persetujuan pengunduran diri tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,” ujarnya dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia, Selasa (24/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, perseroan berjibaku untuk memangkas utang yang tinggi. Salah satu cara yang ditempuh, perseroan mencari investor untuk divestasi saham salah satu anak usahanya, yaitu PT Intermedia Capital Tbk (MDIA) atau pemilik dari stasiun televisi ANTV.

Direktur Utama VIVA Anindya Bakrie bilang, VIVA akan menjual 15 persen saham ANTV dari total kepemilikan saham VIVA sebesar 90 persen. Sehingga, total saham VIVA setelah terjual menjadi hanya 75 persen di ANTV.

"Kami akan jual 15 persen saham, tapi mungkin tidak harus sebanyak itu juga. Ini dijual untuk membayar utang perusahaan," ujar Anindya, Jumat (2/9).

Dalam rencana tersebut, VIVA tengah mencari pinjaman ke lebih dari tiga bank nasional, baik bank negara maupun bank swasta.

Tak hanya itu, Neil mengungkapkan, pinjaman terhadap beberapa bank nasional ini bertujuan untuk membiayai kembali (refinancing) utang perusahaan kepada Credit Suisse AG Cabang Singapura sebesar US$230 juta.

"Kami memang sedang diskusi dengan beberapa bank. Sudah ada lebih dari tiga bank nasional. Utang kami ke Credit Suisse kan berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS). Sehingga, kami rugi foreign exchange (forex) tahun kemarin," ujar Neil.

Namun demikian, ia menjelaskan, perusahaan sudah membayar sebagian dari total utang tersebut, yaitu sebesar US$100 juta. Dengan begitu, jika perusahaan berhasil meraih pinjaman berdenominasi rupiah, maka akan terjadi lindung nilai secara alami (natural hedging).

VIVA sendiri menargetkan memperoleh restrukturisasi utang berdenominasi dolar sebesar US$166 juta pada tahun ini.

"Supaya forex hilang, jadi hedging. Jadi, kami lagi diskusi dengan beberapa bank nasional untuk refinancing agar utang ke Credit Suisse tidak kena forex loss," imbuh Neil. (gir/gen)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER