Dikucilkan Negara Arab, S&P Pangkas Peringkat Utang Qatar

CNN Indonesia
Jumat, 09 Jun 2017 08:50 WIB
Pemangkasan peringkat seiring terancamnya pertumbuhan ekonomi Qatar akibat pemutusan hubungan diplomatik yang dilakukan sejumlah negara.
Profitabilitas perusahaan yang rusak akibat putuskan permintaan regional, investasi terhambat, dan kurangnya kepercayaan investor untuk berinvestasi di Qatar diperkirakan akan menjadi penyebab perlambatan ekonomi Qatar. (REUTERS/Fadi Al-Assaad)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Pemeringkat Internasional Standard and Poor's (S&P) menurunkan peringkat utang Qatar menjadi AA- dari AA. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Qatar terancam tertekan akibat pemutusan hubungan diplomatik yang dilakukan sejumlah negara.

Beberapa negara yang secara resmi telah memutus hubungan diplomatik tersebut, diantaranya Arab Saudi, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Mesir, Libya, dan Yaman. Pemutusan hubungan ini, termasuk hubungan dagang dan transportasi dengan Qatar.

"Kami percaya ini akan memperburuk kerentanan eksternal Qatar dan bisa menekan pertumbuhan ekonomi, serta metrik fiskal," papar Analis Kredit Primer, Benjamin Young dalam risetnya, dikutip Jumat (9/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain menurunkan peringkat, S&P juga menempatkan peringkat utang Qatar dalam status credit watch dengan implikasi negatif. Dengan status itu, lembaga pemeringkat internasional tersebut dapat kembali menurunkan peringkat utang Qatar jika risiko politik meningkat atau utang Qatar meningkat lebih cepat dari perkiraan.

"Kami juga bisa menurunkannya, jika lini pembiayaan eksternal Qatar ditarik," terang Benjamin.

Untuk itu, pihaknya akan melakukan peninjauan kembali terkait kondisi Qatar. Adapun peninjauan berikutnya akan dilakukan pada 25 Agustus 2017.

Seperti diketahui, sikap boikot yang dilakukan oleh beberapa negara kepada Qatar disebabkan oleh kedekatan Qatar dengan Iran dan adanya dugaan Qatar membiayai kegiatan terorisme. "Kami mencatat bahwa otoritas Qatar secara keras menyangkal hal ini," jelasnya.

S&P melihat, defisit neraca transaksi berjalan Qatar dapat semakin melebar seiring dengan berkurangnya pendapatan dari regional. Pada tahun 2016, 10 persen ekspor Qatar dilakukan ke beberapa negara yang memutus hubungan diplomatik.

"Selanjutnya larangan terbang atau pembatasan terbang dapat berimplikasi signifikan bagi Qatar Airways," ungkap Benjamin.

Profitabilitas perusahaan yang rusak akibat putuskan permintaan regional, investasi terhambat, dan kurangnya kepercayaan investor untuk berinvestasi di Qatar diperkirakan akan menjadi penyebab perlambatan ekonomi Qatar.

Adapun, S&P dapat kembali memberikan outlook stabil jika boikot yang dilakukan kepada Qatar hanya dilakukan dalam waktu jangka pendek atau pemerintah Qatar dapat menjaga utangnya seperti prediksi S&P.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER