Jakarta, CNN Indonesia -- Kapal
roll-on roll-off (roro) yang berfungsi untuk mengangkut barang dengan rute Tanjung Priok, Jakarta-pelabuhan Maspion Industrial Estate, Gresik dan sebaliknya, direncanakan mulai beroperasi pada 12 Juli 2017 mendatang.
Pelayaran ini merupakan kerja sama antara PT Indonesia Kendaraan Terminal, yang merupakan anak usaha PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), PT Jagat Zamrud Khatulistiwa, dan Maspion Terminal Kendaraan Indonesia.
Presiden Direktur Jagat Zamrud Khatulistiwa Didik Suwiti menerangkan, potensi bisnis ini dilirik setelah melihat adanya kelebihan beban di jalan pantai utara Jawa (pantura). Kelebihan beban tersebut bisa berimbas pada kemacetan yang berujung pada inefisiensi biaya logistik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemacetan bisa menimbulkan biaya ekonomi yang cukup tinggi. Namun, di dalam sistem rantai pasok, aspek waktu itu sangat krusial. Dengan kapal roro, jadwalnya teratur, sehingga suplainya menjadi
just-in-time," ujar Didik, Selasa (4/7).
Dengan menggunakan kapal roro, ia mengklaim pengiriman barang dari Jakarta-Surabaya antar pelabuhan (
port-to-port) bisa dilakukan dalam jangka waktu 29 jam saja. Sementara itu, pengiriman barang secara
door-to-door, atau melalui seluruh pelabuhan di pantai utara jawa, bisa dilakukan dalam jangka waktu 42 jam.
Ini dianggap lebih cepat dibandingkan jalur darat yang bisa memakan waktu dua hari secara
port-to-port dan tiga hari jika pengiriman dilakukan
door-to-door.
"Dengan mempersingkat waktu logistik, maka utilisasi truk bisa maksimal. Bagi badan usaha, hal itu sangat baik karena bisa meningkatkan nilai buku truk sebagai aset perusahaan," imbuhnya.
Adapun rencananya, perusahaan akan melayarkan dua kapal roro yang diberi nama kapal Sawitri dan roro Prayesti. Kapal Sawitri memiliki kapasitas 1.000 meter kubik per hari dengan berat mencapai 50 ton. Sementara itu, kapal Prayesti memiliki kapasitas mencapai 2 ribu meter kubik per hari dan berat sebesar 70 ton.
Dengan pengoperasian dua kapal ini, ia yakin bisa menampung 6 ribu truk per harinya. Dengan perhitungan itu, ia mengklaim bahwa subsidi solar bisa dihemat sebesar Rp25 miliar hingga Rp500 miliar per tahun dan mengurangi potensi kerusakan jalan dengan nilai Rp50 miliar hingga Rp1 triliun.
"Di samping itu, penggunaan kapal roro bisa mengurangi angka kecelakaan di jalan raya," imbuhnya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menambahkan, saat ini jalur pantura dianggap sudah padat dengan volume mencapai 12 ribu truk per hadinya. Sehingga, dibutuhkan jalur lain yang bisa mengurangi beban jalur pantura.
"Sebetulnya, logistik bisa dengan kereta api. Tapi dengan kapal roro, secara
short term dan
long term lebih memberikan keuntungan," paparnya.