Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi VI DPR RI dan pemerintah sepakat untuk menetapkan target minyak siap jual
(lifting) dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Penyesuaian (RAPBNP) 2017 tetap sebanyak 815 ribu barel per hari dan gas sebanyak 1.150 setara barel minyak per hari (BOEPD). Kesepakatan tersebut tak bergeser dari target pemerintah dalam APBN 2017.
Menteri ESDM Ignasius Jonan beralasan, target ini tidak berubah meski realisasi
lifting hingga pertengahan tahun ini tak sesuai target. Adapun menurut Jonan, realisasi lifting minyak di semester I mencapai 802 ribu barel per hari atau 98,4 persen dari target, sedangkan
lifting gas mencapai 1.132 BOEPD atau 98,43 persen dari target. Jonan beralasan, target tidak diubah karena jarak realisasinya tak terpaut jauh dari target. Selain itu, ia optimistis
lifting bisa terangkat lagi di semester II.
"Ini cenderung tidak diubah, angka
lifting dibiarkan saja. Paruh kedua, nanti lebih baik. Ini masih bisa dikejar," ujar Jonan di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (10/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia melanjutkan, keputusan ini diambil meski Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) meminta penurunan target
lifting. Namun menurutnya, penurunan
lifting tak bisa ditoleransi, sehingga ia meminta SKK Migas untuk melakukan penanggulangan.
"Kami melihat banyak
unplanned shutdown semester I kemarin, coba dibenahi," tambahnya.
Wakil Kepala SKK Migas Sukandar mengaku meminta penurunan target lifting karena blok-blok penopang produksi utama minyak sudah menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Ia mencontohkan sumur-sumur blok Rokan yang dikelola Chevron Indonesia Pacific sudah kurang produktif. Pasalnya, dari hasil 5 juta barel likuid yang dipompa per harinya, hanya 100 ribu barel yang berupa minyak atau 2 persen dari jumlah likuid, sedangkan sisanya berupa air.
Oleh karena itu, menurut dia, tak heran produksi blok Rokan sepanjang semester I hanya berada di angka 226,5 ribu barel per hari atau turun 13,03 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 260,45 ribu barel per hari. Sementara itu,
lifting sedikit terbantu oleh produksi blok Cepu yang dikelola ExxonMobil Cepu Ltd yang menyentuh angka 200 ribu barel per hari.
"ExxonMobil sudah bagus produksinya bisa lebih 200 ribu barel per hari. Sedangkan untuk Chevron, kandungan air mereka sudah cukup tinggi," tambah Sukandar.
Meski pemerintah perlu berjibaku meningkatkan lifting minyak, namun ia mengaku tak menemui masalah untuk
lifting gas. Bahkan, lifting gas di tahun ini akan terbantu oleh lapangan Jangkrik di blok Muara Bakau yang dikelola oleh perusahaan asal Italia, Eni Muara Bakau BV.
"Kemarin Jangkrik telah beroperasi di bulan Mei di angka 150 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), namun sekarang sudah mencapai 440 MMSCFD," lanjutnya.