Morgan Stanley: Waspadai Imbas Pilkada pada Tahun Depan

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Selasa, 28 Nov 2017 12:41 WIB
Peningkatan ketidakpastian politik atau kebijakan yang berlanjut menjelang pilkada dapat menjadi sentimen dan menekan permintaan dalam negeri.
Peningkatan ketidakpastian politik atau kebijakan yang berlanjut menjelang pilkada dapat menjadi sentimen dan menekan permintaan dalam negeri. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga keuangan asal AS, Morgan Stanley memperkirakan ekonomi Indonesia tetap berada di jalur pemulihan (recovery) yang bertahap pada tahun depan. Morgan Stanley akan memperhatikan faktor risiko seperti pemilihan kepala daerah (pilkada), laju reformasi struktural, situasi pendanaan global dan harga komoditas.

Riset bertajuk '2018 Global Macro Outlook: Stronger for Longer' tersebut menyatakan, Indonesia bakal menggelar pilkada pada Juni 2018 dan pemilihan umum (pemilu) pada April 2019.

"Kami mencatat hal-hal berikut dalam tiga siklus pemilu terakhir. Pertama, kebijakan perluasan fiskal di sekitar pemilu, yang cenderung bertepatan dengan pencalonan kembali presiden petahana," tulis riset tersebut, Selasa (28/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Kedua, konsumsi masyarakat menunjukkan pola yang sama terhadap tren fiskal, menunjukkan bahwa tren yang pertama mungkin telah dipengaruhi oleh yang terakhir. Ketiga, siklus tahun pemilu tidak menyebabkan jeda dalam realisasi belanja modal, kecuali pada tahun 2009 karena krisis global.

"Kami berpikir bahwa pemotongan suku bunga kebijakan lebih lanjut tidak mungkin terjadi, mengingat penurunan suku bunga 225 basis poin (bps) secara kumulatif," jelas riset.

Namun, Morgan Stanley menilai defisit fiskal kemungkinan menjadi lebih besar daripada rencana -2,2 persen. Hal itu mungkin terjadi apabila Kementerian Keuangan memiliki lebih banyak visibilitas mengenai aliran pendapatan pemerintah.

"Jika pertumbuhan ekonomi mengecewakan, kami percaya bahwa realisasi belanja modal yang membantu menghasilkan multiplier effect, dan dana bantuan sosial yang akan menguntungkan rumah tangga berpendapatan rendah, kemungkinan menjadi fokus para pembuat kebijakan untuk mendukung pertumbuhan," tulis riset.


Morgan Stanley menjelaskan, dari sisi domestik, pihaknya akan mewaspadai risiko pilkada dan pemilu, serta laju reformasi struktural.

"Peningkatan ketidakpastian politik atau kebijakan yang berlanjut menjelang pemilihan dapat menjadi sentimen dan menekan permintaan dalam negeri," jelas riset.

Sementara, dari sisi eksternal, permintaan global, harga komoditas dan situasi pendanaan terkait imbal hasil surat utang AS, adalah faktor yang harus diperhatikan. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER