Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu komoditas andalan di Indonesia adalah minyak. Ada pelbagai ladang di Sumatera, Jawa, Kalimantan hingga Papua yang menghasilkan sumber energi tersebut. Di satu sisi, minyak turut menyumbang perekonomian, namun lainnya menjadi sandungan bagi Indonesia.
Lantas, bagaimana jika Indonesia tak mengoptimalkan produksi minyak?
Untuk menjawab persoalan itu, perlu dilihat kilas balik komoditas tersebut. Sejak 1986, ladang-ladang di kawasan minyak mulai dibangun, namun perlahan habis serta keuntungannya memburuk. Memahami hal ini, pemerintah mengambil langkah-langkah pasti, termasuk reformasi sektor minyak melalui Undang Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
Namun, kondisi mulai berubah. Konsumsi minyak kian melampaui produksi.
Pada 2006, Indonesia memproduksi 71 juta ton—dan kini hanya mencapai 38 juta ton minyak. Pada 2030, pemerintah bahkan hanya menargetkan 11 juta ton minyak.
Tiga tahun kemudian, Indonesia mulai keluar dari OPEC untuk menggarap proyek eksplorasi geologis. Namun pada 2016, Indonesia kembali bergabung ke OPEC namun tak melanjutkan keanggotaannya karena kebijakan umum OPEC soal kuota produksi.
Pada 2016, produksi minyak Indonesia mencapai 722.000 barel per hari sementara yang dianggarkan adalah 740.000-790.000 barel per hari.
Kondisi makin sulit. Konsumsi minyak justru meningkat. Pada 2013, misalnya, Indonesia memproduksi 2,2 juta barel per hari namun tingkat konsumsi mencapai 2,8 juta berel per hari.
Hal itu, salah satunya diakibatkan oleh meningkatnya jumlah penggunaan bahan bakar untuk kendaraan. Lebih dari 250 juta penduduk tinggal di Indonesia, relatif banyak menggunakan sepeda motor—dan ini ditopang penjualan kendaraan yang tinggi.
Lantas, bagaimana Indonesia bisa mengoptimalkan produksi minyak?
Para analis perusahaan internasional Olymp Trade memprediksi jika tren kenaikan konsumsi minyak dan penurunan produksi minyak masih sama, maka akan ada kesenjangan 3,5—4 juta barel per harinya menjelang 2025 kelak.
Olymp Trade, sebagai salah satu pengembang platform perdagangan, turut memantau situasi pasar internasional, termasuk Indonesia setiap harinya.
Perusahaan itu juga memperkirakan bakal ada perbaikan ke depannya. Misalnya, Indonesia yang membangun sejumlah pengilangan minyak dengan kapasitas total 2,3 juta barel per hari—hal itu akan memperbaiki situasi saat ini.
Ada pula sejumlah kesepakatan produksi lepas pantai dengan negara lain, macam Rusia, yang akan membantu mengoptimalkan biaya produksi minyak. Hal itu, juga akan meningkatkan keuntungan produksi.
“Para analis Olymp Trade percaya bahwa langkah-langkah ini akan membantu Indonesia untuk mencapai 3-3,5 juta barel per hari yang akan meningkatkan situasi di pasar domestik dan akan memenuhi kebutuhan dalam negeri,” demikian keterangan perusahaan itu.
(adv/adv)