Jakarta, CNN Indonesia --
Piala Dunia 2018 sebentar lagi dimulai. Penggemar
sepak bola mulai bersiap diri untuk menyambut dan melihat klub jagoannya bertanding pada pesta sepak bola terbesar sejagad tersebut.
Segala persiapan mulai mereka lakukan. Termasuk memesan tempat untuk menggelar acara nonton bareng biar nonton Piala Dunia lebih semarak.
Salah satu persiapan tersebut mulai dilakukan Randy Anggoro, karyawan bank swasta yang menjadi fans berat Tim Nasional Jerman. Randy bersama dengan temannya jauh hari sudah memesan sebuah restoran semi bar di pusat Jakarta demi menonton tim kesayangannya berlaga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harapannya muluk- muluk, Jerman bisa menjadi juara Piala Dunia dengan mengulang sukses yang mereka telah dulang 2014 lalu. "Supaya seru nontonnya dan lebih rame," katanya kepada CNNIndonesia.com, Minggu (10/6) kemarin.
Antusiasme para penggila bola seperti Randy itu pun menimbulkan harapan bagi pengelola restoran bar hingga hotel. Maklum saja, acara nonton bareng (nobar) yang digelar para penggila bola tersebut pastinya akan menjadi ladang duit bagi mereka.
Hariyadi Sukamdani, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menaksir akan ada peningkatan pendapatan bagi hotel, resto maupun cafe yang menjadi tempat nobar sebanyak 20 persen sampai 30 persen.
Peningkatan pendapatan tersebut kemungkinan bisa melebihi perkiraan dan
income pada penyelenggaraan Piala Dunia tahun 2014 lalu. Pasalnya, penyelenggaraan pesta sepakbola terbesar di dunia tersebut diselenggarakan di Rusia.
Perbedaan waktu Rusia dan Indonesia yang hanya terpaut empat jam akan membuat jam operasional restoran, hotel maupun cafe lebih pendek. Cafe, restoran tidak perlu buka sampai dinihari untuk menyelenggarakan acara nobar.
Hariyadi bilang kondisi tersebut sedikit banyak akan memangkas biaya operasional. Cafe dan restoran bisa menghemat pemakaian listrik dan biaya lembut karyawan sehingga untung yang didapatkan bisa lebih banyak.
"Jadi beda banyak, operasional akan lebih pendek hanya 3-5 jam, beda dengan waktu di Brazil yang selisih waktunya 10 jam," katanya.
Selain perbedaan waktu yang lebih pendek, peningkatan pendapatan nobar pada Piala Dunia 2018 ini juga akan tertopang waktu penyelenggaraan Piala Dunia yang berhimpitan dengan libur Lebaran.
Libur tersebut menurut proyeksi pengusaha akan memberikan waktu senggang kepada penggila bola untuk berkumpul dan nobar. Harapan pengusaha, kondisi tersebut semakin menambah pendapatan mereka.
"Penggila bola itu senang kumpul, loyal mengeluarkan uang, harapannya mereka akan jor- joran," katanya.
Optimisme sama juga disampaikan My Kopi O, salah satu resto di Cilandak Town Square. Lebih optimis bahkan mereka memasang target bahwa pendapatan mereka bisa meningkat sampai dengan 60 persen sekali nobar.
Dimas Setiawan, Supervisor My Kopi O mengatakan estimasi dibuat berdasarkan nobar yang diadakan restorannya beberapa waktu belakangan ini. Catatannya, untuk nobar final Liga Champions 2018 26 Mei lalu saja pendapatan bisa mencapai Rp17 juta dalam waktu 3-4 jam lebih tinggi dari pendapatan harian yang hanya mencapai Rp22 juta sampai Rp 25 juta.
"Padahal untuk harian, operasional resto dimulai pukul 10.00- 02.00," katanya.
Agar pendapatan tersebut bisa benar- benar diraih, My Kopi O telah mempersiapkan strategi dan promosi khusus. Mereka menyediakan diskon pembelian satu paket menu tertentu lengkap dengan makanan dan minuman.
Promo lain, diskon 10 persen bila menggunakan kartu debit atau kredit bank yang bekerja sama dengan restoran. Promo tersebut akan diluncurkan pada hari pelaksanaan Piala Dunia.
Strategi sama juga akan diterapkan Paulaner Brauhaus, restoran di Hotel Kempinski Jakarta yang menjual bir ala Jerman. Mereka akan menggelar nobar lengkap dengan promo dan hiburan tambahan berupa panggung musik (live music).
Ananda Wondo, Public Relations Hotel Kempinski Jakarta yang menaungi Paulaner memperkirakan dengan promo tersebut sebanyak seribu liter bir bisa terjual pada momen nobar Piala Dunia.
Hitung-hitungan kasar, Paulaner bisa mengantongi sekitar Rp159 juta dari penjualan bir saja. Sebab, harga rata-rata bir dijual seharga Rp159 ribu per liter.
Perkiraan pendapatan tersebut ditambah penjualan makanan. Artinya, peluang omzet bisa lebih tinggi dari hitungan kasar.
"Kalau dibandingkan dengan omzet saat peak hour (jam sibuk) di Paulaner, ini bisa meningkat 50 persen lebih tinggi," katanya.
Aty Suryati, Supervisor Parc 19, restoran di kawasan Kemang, Jakarta Selatan yakin nobar bisa menggandakan omzet restonya hingga 20-30 persen. Peningkatan tersebut bisa lebih tinggi karena restoran akan mengadakan live music.
"Jadi diharapkan kami bisa masuk ke semua segmen. Yang tidak suka bola, itu saat menemani kekasih atau temannya yang nonton bola, bisa tetap terhibur saat nobar di kami," jelasnya.
Untuk promosi, ia bilang restoran akan memberikan paket pemesanan dua gelas minuman beralkohol mendapat gratis satu gelas. Selain itu, ada pula penawaran paket makan dan minum dengan harga yang lebih murah dibanding beli satuan.
Harus BerlisensiMeski menjanjikan omzet tinggi toh restoran, bar, hingga hotel tak bisa mengadakan nobar seenaknya. Mereka harus lebih dulu meminta izin kepada perusahaan lokal yang memegang lisensi penayangan pertandingan piala dunia dari Futbal Momentum Asia (FMA).
FMA tersebut merupakan salah satu pemegang lisensi teritorial resmi di Indonesia dari 2018 World Cup Russia. FMA selanjutnya memberikan lisensi kepada PT Pesta Bola Indonesia. Lalu, Pesta Bola ini memberikan lisensi penayangan pertandingan ke restoran hingga hotel yang membayar biaya lisensi.
Pongky Rivawanto, Deputi Presiden Direktur Pesta Bola Indonesia mengatakan setidaknya ada empat paket lisensi yang bisa mereka pilih. Pertama, untuk restoran, bar, restoran, lounge, hingga tempat karaoke dengan nilai lisensi Rp50 juta.
Kedua, pusat perbelanjaan, hotel, hingga aula gedung tertutup dengan nilai paket Rp73 juta.
Ketiga, pusat perbelanjaan, hotel, hingga aula terbuka dengan paket senilai Rp88 juta. Keempat, hotel skala besar mulai dari bintang 3-5 dengan paket dari Rp63-93 juta.
Lisensi itu digunakan hanya untuk sebulan penuh penayangan piala dunia pada tahun ini saja.
Data Pesta Bola, saat ini sudah ada sekitar 2.500 restoran hingga hotel yang memiliki lisensi dari perusahaan.
"Kalau ada yang tak berizin, kami akan tindak. Mulanya persuasif, teguran dengan pilihan beli lisensi atau hentikan penayangan. Kalau masih langgar, kami siap tindak perdata hingga pidana," katanya.
Paulaner mengaku telah mengantongi izin penayangan pertandingan piala dunia sejak tahun lalu. Namun memang, dengan pergantian pemegang lisensi, maka tahun ini restoran telah mengurus lisensi tersebut.
Bahkan, menurutnya, meski harus membayar lisensi, namun pendapatan yang bisa diraup selama perhelatan piala dunia nanti, akan bisa menutup pengeluaran tersebut.
"Tentu sudah kami urus (lisensi). Dengan pendapatan yang diterima, pastinya menutup untuk pembayaran lisensi tersebut," jelas Ananda.
Jiebby Harold Fangidae, Public Relations Manager Townsquare Group yang menaungi Cilandak Town Square mengatakan untuk menyiasati pengeluaran biaya lisensi, mal bekerja sama dengan sponsor. Dengan begitu, biaya lisensi dibayarkan oleh sponsor, namun kerja sama penyelenggaraan nobar bisa dilakukan di dalam mal.
"Jadi masing-masing restoran di sini tidak perlu bayar lisensi sendiri. Kami pihak manajemen mal, sudah kerja samakan dengan sponsor. Ini seakan tidak ada modal yang dikeluarkan untuk lisensi," jelasnya.
Menurutnya, sponsor ini biasanya terbagi atas sponsor utama dan pendukung. "Ada yang dari perusahaan minuman beralkohol, rokok, sampai kacang-kacangan," pungkasnya.
(agt)