Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Darmin Nasution mengatakan tekanan dari ekonomi global semakin penuh ketidakpastian karena sulit menebak arah dan dampak kebijakan yang dilakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Menurut Darmin, ekonomi global seakan mendapat angin segar dari Trump seiring langkah AS dan Meksiko sepakat merombak Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara
(North American Free Trade Agreement/NAFTA). Meski belum membuahkan perjanjian baru, namun kesepakatan itu setidaknya sudah berhasil membuat dunia menganggap ada peluang perdamaian atas ketegangan perdagangan selama ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Meski masih banyak tanda tanya, 'Kok cuma sama Meksiko? Bagaimana dengan yang lain?' Walau itu juga belum diteken," ucapnya di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jumat (31/8).
Di saat yang bersamaan dengan sinyal perdamaian itu, hubungan AS dengan Kanada dan China justru kian memanas. Trump ingin Kanada juga menyetujui perubahan NAFTA karena negara itu masuk dalam perjanjian itu juga bersama Meksiko.
Bila Kanada tidak menyetujui, Trump bahkan kembali melempar ancaman akan menaikkan tarif bea masuk impor bagi produk minyak dan otomotif negara di kawasan Amerika Utara itu. Sedangkan dengan China, Trump berencana mengerek lagi tarif bea masuk impor produk dari Negeri Tirai Bambu dengan nilai US$20 miliar.
"Makanya tidak bisa menebak Bapak satu itu (Trump)," katanya.
Hal yang tak ketinggalan ialah kritik Trump kepada bank sentral AS, Federal Reserve. Trump menilai The Fed seharusnya tidak seagresif itu dalam menaikkan suku bunga acuan karena dikhawatirkan justru menghambat pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam.
The Fed tetap kekeh akan mengerek bunga acuan sesuai jadwal yang telah diperhitungkannya, yaitu pada September dan Desember mendatang.
"Normalisasi kebijakan moneter (bank sentral AS) kan juga disalahkan oleh Trump," imbuhnya.
Untuk itu, menurut mantan gubernur Bank Indonesia (BI) itu, langkah terbaik bagi Indonesia adalah dengan terus mengupayakan penguatan ekonomi internal demi menghadapi ketidakpastian ekonomi global tersebut.
Namun, pemerintah juga berupaya mengatasi dampak tekanan global yang bisa diproyeksi.
"Arahnya 2019 itu bisa naik 1,5 persen (bunga acuan The Fed), tentu kami harus punya langkah untuk ikuti itu. Tidak bisa bilang tidak mau, karena sudah pasti terkena dampaknya (dari kebijakan The Fed)," pungkasnya.
(lav)