The Fed Sebut Ekonomi AS Positif, Dolar Kian Perkasa

Tim | CNN Indonesia
Kamis, 04 Okt 2018 07:44 WIB
Dolar kembali menguat pada sekeranjang mata uang utama, hingga mencapai rekor tertingginya seiring The Fed yang menyebut ekonomi Amerika Serikat makin positif.
Ilustrasi dolar AS. (CNN Indonesia/Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia -- Dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat hingga mencapai rekor tertingginya dalam enam pekan terakhir pada Rabu (4/10). Penguatan dolar didorong pernyataan Gubernur Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell bahwa ekonomi AS sangat positif dan berencana melanjutkan kenaikan suku bunga acuannya.

Pekan lalu, The Fed menaikkan suku bunga acuannya dan memperkirakan kenaikan lagi pada Desember, tahun depan, dan 2020.

Dikutip dari Reuters, Powell pada Rabu (3/10) melanjutkan pernyataannya terkait prospek ekonomi AS yang sangat positif melihat data pengangguran yang rendah dan kenaikan harga yang terjaga. Kondisi ini menurut dia, secara historis jarang terjadi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Data yang dirilis juga sesuai pandangan bank sentral tersebut. Kegiatan sektor jasa AS mencatatkan pertumbuhan tertinggi pada September 2018 dalam 21 tahun terakhir. Perusahaan-perusahaan pun tercatat banyak merekrut pekerja, kian memperkokoh perkiraan ekonomi kuartal III AS yang lebih baik.

Industri menambah 230 ribu pekerja pada September, tertinggi sejak Februari. Lapangan kerja baru tersebut lebih tinggi dari perkiraan ekonom yang mencapai 183 ribu pekerja.

"The Fed terlihat masih sangat berkomitmen menaikkan suku bunganya secara bertahap," ujar Baipan Rai, Kepala Analis Forex untuk Amerika Utara CIBC Capital Markets.

Dolar mengungguli mata uang lainnya karena pertumbuhan AS yang tetap kuat, sementara data ekonomi negara besar, termasuk negara-negara Eropa berada di bawah ekspektasi.


"Salah satu alasan kami berpikir mengapa dolar telah begitu menarik dalam beberapa bulan terakhir telah terjadi karena ekonomi AS berkinerja cukup baik, sementara kami telah melihat perlambatan di Eropa, Jepang, dan ekonomi besar lainnya, "kata Rai.

Zona euro kini tengah dilanda ketidakpastian seiring rencana defisit fiskal dan utang Italia yang kian besar. Hubungan Italia dengan Uni Eropa juga kini tengah terancam,

Euro tercatat melemah 0,5 persen ke level US$1,15, terendah sejak Juni. Sementara poundsterling Inggris juga melemah 0,15 persen, Jepang  demikian pula dolar Australia minus 1,07 persen. (reuters/agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER