Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
Luhut Binsar Panjaitan kembali mengungkapkan kekesalannya karena seringkali dianggap selalu memberikan keistimewaan untuk
investasi dari
China.Luhut menyatakan pemerintah mengedepankan skema yang terbaik untuk setiap investasi yang masuk ke dalam negeri. Kebetulan, China kerap menawarkan skema
business to business (b to b).
Artinya, kesepakatan investasi tak semata-mata berada di tangan pemerintah, tapi lebih kepada perusahaan dari China dan perusahaan asal Indonesia yang akan melakukan kerja sama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi tersebut berbeda dengan Jepang yang cenderung mengedepankan skema
government to government (g to g). Skema ini biasanya memberatkan negara karena menambah pencatatan utang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Yang paling banyak minta
government guarantee itu Jepang. China belum. Semua b to b. Tapi orang ribut bilang komunis komunis saja. Urusannya apa. Uang itu tidak bertuhan itu," ungkap Luhut, Kamis (30/1).
Luhut menegaskan pemerintah akan selalu membuka investasi dari negara mana pun asalkan saling menguntungkan kedua belah pihak. Jika memberatkan Indonesia, tentu pemerintah akan berpikir ulang.
"Jadi kadang-kadang tidak rasional. Mau China, mau komunis, mau kapitalis, mau apa. Ya asal ada interest nya saja," tegas Luhut.
Sebagai informasi, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi dari China ke Indonesia mencapai US$4,74 miliar pada 2019. Capaian ini naik dua kali lipat dari sebelumnya US$2,37 miliar pada 2018.
[Gambas:Video CNN]Kepala BKPM Bahlil Lahadalia sebelumnya mengatakan investasi dari China meningkat karena Negeri Tirai Bambu itu tengah agresif memborong berbagai proyek pembangunan infrastruktur yang ditawarkan oleh Indonesia. Padahal, Bahlil mengklaim tawaran proyek ini sejatinya juga diberikan ke negara-negara lain.
"Kami menawarkan investasi ke semua negara. Indonesia tidak memberi prioritas hanya untuk China, tapi China lebih agresif. Mereka berani, bos," ujar Bahlil.
Menurutnya, agresivitas China terlihat dari berbagai jenis proyek yang digarap mereka. Proyek yang dimaksud dari hilirisasi industri hingga infrastruktur di Tanah Air.
(aud/sfr)