Orang Miskin Diprediksi Tambah 12,2 Juta Jiwa karena Corona

CNN Indonesia
Selasa, 05 Mei 2020 14:36 WIB
Dua ibu menggendong anaknya menyusuri jalan di pemukiman bawah jembatan layang tol Pluit, Jakarta, Kamis, 13 Agustus 2015. Kondisi lingkungan yang tak cukup sehat dapat membahayakan anak-anak yang sedang tumbuh kembang di kawasan ini. CNN Indonesia/Safir Makki
Ekonom CORE memprediksi, dalam skenario terberat, orang miskin karena corona mencapai 37,9 juta jiwa atau 14,35 persen dari total penduduk. Ilustrasi kemiskinan. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonom CORE Indonesia Akhmad Akbar Susamto dan Muhammad Ishak Razak berhitung bahwa orang miskin akan bertambah 5,1 juta jiwa hingga 12,2 juta jiwa pada kuartal II 2020. Pertumbuhan jumlah penduduk miskin ini diakibatkan penyebaran virus corona.

Keduanya memproyeksi penyebaran penyakit covid-19 meluas hingga Mei 2020 dan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan di wilayah tertentu di Pulau Jawa dan 1-2 kota di luar Pulau Jawa.

Jika proyeksi ini benar terjadi, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan menjadi 30,8 juta jiwa. "Atau 11,7 persen dari total penduduk Indonesia," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (5/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam skenario lebih berat, potensi orang miskin bertambah 8,25 juta jiwa, dengan asumsi spektrum penyebaran penyakit covid-19 terjadi lebih luas lagi. Sehingga, pemerintah menerapkan PSBB di banyak wilayah di Pulau Jawa dan beberapa kota lainnya di luar Pulau Jawa.

Dengan skenario tersebut, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan menjadi 33,9 juta jiwa atau 12,8 persen dari total penduduk Indonesia.

Dalam skenario sangat berat, potensi orang miskin bertambah 12,2 juta jiwa, dengan asumsi penyebaran virus corona kian tak terbendung. Sehingga, PSBB diterapkan secara luas di Pulau Jawa dan luar Jawa, dengan standar yang sangat ketat.

Dengan skenario ini, maka jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan menjadi 37,9 juta jiwa atau 14,35 persen dari total penduduk Indonesia.

Akhmad dan Ishak mengungkap tiga skenario ini dibangun dengan asumsi bahwa puncak pandemi corona terjadi pada kuartal II 2020, dan setelahnya berangsur-angsur mereda.

"Apabila situasi ekonomi memburuk dalam waktu yang lebih panjang, maka peningkatan jumlah penduduk miskin akan lebih besar lagi," papar mereka.

Keduanya melihat persebaran covid-19 yang saat ini terpusat di wilayah perkotaan menyebabkan potensi peningkatan kemiskinan lebih besar terjadi di perkotaan. Untuk skenario berat, potensi pertambahan jumlah penduduk miskin di perkotaan mencapai 3 juta, sementara di pedesaan 2,6 juta jiwa.

Untuk skenario lebih berat, potensi pertambahan jumlah penduduk miskin di perkotaan mencapai 6 juta, sementara di pedesaan 2,8 juta orang. Untuk skenario sangat berat, potensi pertambahan jumlah penduduk miskin di perkotaan dapat mencapai 9,7 juta, sementara di pedesaan hanya 3 juta jiwa.

"Yang perlu diwaspadai selanjutnya adalah apabila potensi penyebaran dari wilayah perkotaan ke pedesaan tidak dapat dicegah, di antaranya melalui pembatasan mobilitas orang dari kota ke desa, lonjakan jumlah kasus covid-19 di wilayah pedesaan tidak dapat dihindari," tegas Akhmad dan Ishak.

Dampak dari penyebaran covid-19 ke pedesaan berpotensi menambah jumlah penduduk miskin di pedesaan dan lebih besar dibanding prediksi awal.

"Artinya, beban pemerintah untuk mengatasi persoalan kemiskinan, baik melalui subsidi, bantuan sosial dan lainnya, menjadi semakin besar," jelasnya.

[Gambas:Video CNN]

(age/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER