Kekuatan Indonesia Hadapi Ancaman Resesi Ekonomi 2020

CNN Indonesia
Kamis, 25 Jun 2020 06:34 WIB
Pekerja melintas dengan latar belakang pembangunan gedung bertingkat di kawasan Kuningan, Jakarta, Jumat (3/4/2020). Bank Indonesia (BI) mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia paling rendah 2,3 persen pada tahun ini yang akan ditopang oleh berbagai stimulus, baik fiskal maupun moneter yang diberikan oleh pemerintah dan bank sentral. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/pras.
Sejumlah negara telah masuk ke jurang resesi ekonomi. Namun, Indonesia masih terbilang beruntung karena belum mengalami kontraksi ekonomi.(ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto).
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah negara telah masuk ke jurang resesi ekonomi. Suatu negara disebut mengalami resesi ekonomi apabila mencatat kontraksi pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.

Sebut saja, Jerman yang mengalami pertumbuhan ekonomi minus 0,1 persen di kuartal IV 2019 dan minus 2,2 persen di kuartal I 2020. Lalu, Prancis mencatat minus 0,1 persen di kuartal IV 2019. Pertumbuhan ekonomi Prancis makin jeblok di kuartal I 2020 yakni minus 6 persen.

Kondisi serupa terjadi di negara Asia, yakni Hong Kong pertumbuhan ekonomi Hong Kong mengalami kontraksi 3 persen pada kuartal IV 2019. Kemudian, terperosok makin dalam ke posisi minus 8,9 persen di kuartal I 2020.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indonesia, terbilang masih beruntung karena belum mengalami kontraksi ekonomi. Bahkan, saat sederet negara mencatat pertumbuhan ekonomi minus di kuartal I 2020 akibat covid-19, ekonomi Indonesia masih positif 2,97 persen.

Namun, angka itu merosot dari sebelumnya 5,07 persen di kuartal I 2019 maupun 4,97 persen di kuartal IV 2019. Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan Indonesia memiliki sejumlah kekuatan yang menyokong pertumbuhan ekonomi.

Paling utama, kata dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia mayoritas disumbang oleh konsumsi rumah tangga. Pada kuartal I 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontribusi konsumsi rumah tangga kepada pertumbuhan ekonomi sebesar 58,14 persen.

Ini berbeda dengan sejumlah negara tetangga yang ekonominya bergantung kepada perdagangan internasional, misalnya Singapura.

"Kalau melihat kekuatan tentunya lebih banyak bertumpu pada konsumsi masyarakat yang cukup dominan dalam struktur perekonomian," katanya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (24/6).

Lebih lanjut, Indonesia diuntungkan dengan demografi penduduk produktif. Ia menuturkan kurang lebih 90 juta penduduk masuk kategori milenial produktif sehingga bisa mendukung ketahanan ekonomi.

Wujud produktivitas itu, lanjutnya, adalah lahirnya inovasi digital saat imbauan physical distancing (jarak fisik) selama pandemi. Anak-anak muda Indonesia langsung berinovasi dengan mempercepat transformasi digital sehingga pertumbuhan sektor e-commerce naik signifikan.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memang telah menyatakan bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi. Pada 2030 mendatang, usia produktif 15-64 tahun diperkirakan mencapai 200 juta orang.

Jumlah tersebut mewakili 68 persen dari total populasi Indonesia. Sedangkan, angkatan tua usia 65 tahun ke atas hanya sekitar 9 persen.

"Jadi demografi dengan usia muda lebih agile. Bisa dibandingkan dengan negara yang dominan lansia, lebih berharap pada jaminan sosial dan subsidi negara," tuturnya.

Terakhir, Bhima menilai Indonesia masih bisa mengandalkan sektor pertanian untuk menyerap sementara tambahan pengangguran akibat pandemi. Faktanya, banyak pekerja yang mengalami PHK di kota bermigrasi ke pedesaan, lalu sebagian dari mereka memilih untuk bertani.  

"Tren penyerapan di sektor pertanian ini yang perlu dipertahankan sehingga ada buffer atau bantalan krisis di sektor yang sifatnya formal," ucapnya.

Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi menambahkan Indonesia diuntungkan sebagai salah satu negara berkembang (emerging market). Ia mengamini pernyataan Bhima, bahwa salah satu karakteristik emerging market yang menopang ekonomi adalah penduduk usia muda produktif.

"Beda dengan negara maju yang mengalami aging population (penduduk lansia)," katanya.

Selain itu, ia menilai Indonesia masih menjadi pasar yang menarik untuk investasi. Ini disebabkan populasi penduduk besar hingga 260 juta. Sayangnya, ia bilang selama ini investasi di Indonesia hanya menyasar pasar besar tersebut.

Harapannya, investasi yang datang bisa mendorong Indonesia masuk dalam jaringan rantai produksi global.

"Sebagai emerging market dan salah satu negara yang menarik sebagai sasaran investasi, itu bisa kita manfaatkan usai covid-19, karena ada peluang perpindahan produksi dari China ke Asia Tenggara," ucapnya.

[Gambas:Video CNN]



(ulf/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER