Melihat Biang Kerok Ekonomi RI Bisa Minus 5,32 Persen

CNN Indonesia
Rabu, 05 Agu 2020 12:50 WIB
BPS mencatat pertumbuhan RI bisa minus 5,32 persen pada kuartal II 2020 karena semua komponen penopang, salah satunya belanja masyarakat turun akibat corona.
Belanja masyarakat yang melemah akibat corona menjadi biang kerok ekonomi RI minus 5,32 persen pada kuartal II 2020. Ilustrasi. (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi pada kuartal II 2020 mengalami kontraksi minus 5,32 persen. Jika dirinci berdasarkan komponen pengeluaran Produk Domestik Bruto (PDB), maka seluruh komponen mengalami kontraksi.

"Kalau kita lihat per komponen, semua komponen mengalami kontraksi cukup dalam," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Rabu (5/8).

Ia mengatakan konsumsi rumah tangga tercatat minus 5,51 persen. Angka ini terpaut jauh dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu yang masih tumbuh positif 5,18 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, sumbangan konsumsi rumah tangga kepada PDB sebesar 57,85 persen. Lebih detail, BPS mencatat mayoritas komponen konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi, hanya dua komponen yang tercatat mampu tumbuh positif yakni perumahan dan perlengkapan rumah tangga serta kesehatan dan pendidikan.

Tercatat perumahan dan perlengkapan rumah tangga tumbuh 2,36 persen, meskipun melambat dari kuartal II 2019 yakni 4,76 persen. Sedangkan, komponen kesehatan dan pendidikan tumbuh 2,02 persen melambat dari sebelumnya 6,30 persen.

Semntara itu, komponen hotel dan restoran mengalami kontraksi paling tajam yakni 16,53 persen, dari sebelumnya mampu tumbuh 6,24 persen. Disusul komponen transportasi dan komunikasi jatuh 15,33 persen dari sebelumnya positif 5,08 persen.

[Gambas:Video CNN]

Kemudian komponen pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya juga minus 5,13 persen, dari sebelumnya tumbuh 4,88 persen. Selanjutnya, komponen makanan dan minuman selain restoran juga tercatat negatif 0,71 persen, dari sebelumnya tumbuh 5,20 persen.

Suhariyanto mengatakan penjualan eceran mengalami kontraksi pada seluruh kelompok penjualan. Kondisi serupa juga tercatat pada penjualan wholesale mobil penumpang dan sepeda motor.

"Jumlah penumpang angkutan rel, laut, dan udara juga terkontraksi," imbuhnya.

Selain konsumsi rumah tangga, BPS mencatat komponen pengeluaran lainnya juga minus. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) minus minus 8,61 persen, dari sebelumnya tumbuh 4,55 persen di kuartal II 2019. Kontribusinya kepada PDB sebesar 30,61 persen.

Nasib serupa juga dialami ekspor yang jatuh semakin dalam yakni negatif 11,66 persen, dari sebelumnya minus 1,73 persen. Sumbangan ekspor kepada PSB sebesar 15,69 persen.

Kemudian, konsumsi pemerintah dengan kontribusi sebesar 8,67 persen. BPS merekam konsumsi pemerintah minus 6,90 persen pada kuartal II 2019 dari sebelumnya tumbuh 8,23 persen.

Lalu, konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT) yang memiliki andil 1,36 persen. Kuartal II 2020, LNPRT tercatat kontraksi 7,76 persen dari sebelumnya tumbuh 15,29 persen.

Sementara itu, impor tercatat anjlok menjadi minus 16,96 persen, dari sebelumnya minus 6,84 persen. Impor mengurangi PDB sebesar minus 15,52 persen.

"Ke depan karena ekonomi kita sangat dipengaruhi konsumsi rumah tangga dan investasi kita semua harus berupaya bagaimana dua komponen ini gerak naik di kuartal III 2020," katanya.

(ulf/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER