Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memprediksi persediaan beras dalam negeri surplus sebesar 6 juta hingga 7 juta ton pada akhir tahun ini. Karenanya, ia memastikan pasokan bahan pokok tersebut aman.
"Untuk 2020 kami aman, insya Allah dalam kondisi apapun. Kemungkinan over supply (kelebihan stok) di atas 7 juta ton," ujarnya dalam diskusi Proyeksi Ekonomi Indonesia 2021: Jalan Terjal Pemulihan Ekonomi, Senin (30/11).
Data Kementerian Pertanian memaparkan pada musim tanam I periode Oktober 2019-Maret 2020, total luas tanam mencapai mencapai 6,1 juta hektare (ha). Lalu, berkurang menjadi 5,2 juta ha pada musim tanam II periode April-September 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Harga Cabai dan Telur Ayam 'Balapan' Naik |
Selanjutnya, dari total luas tanam tersebut diperoleh hasil akhir luas panen sebesar 11,78 juta ha. Dari luasan panen tersebut menghasilkan 56,6 juta ton gabah kering giling (GKG).
Setelah mengalami rendemen, atau beras yang dihasilkan dari proses penggilingan gabah, maka diperoleh produksi beras sepanjang tahun ini sebanyak 31,63 juta ton.
"Total konsumsi beras nasional sebesar 30,08 juta ton, sehingga prediksi stok akhir beras nasional 6 juta-7 juta ton," katanya.
Lihat juga:Gaji PNS Bakal Naik karena Komponen Berubah |
Nantinya, surplus beras itu akan menjadi stok awal 2021, sehingga kebutuhan beras awal tahun dipastikan tercukupi. Selanjutnya, Syahrul memperkirakan musim tanam I periode Oktober 2020 hingga Maret 2021 total luasan lahannya mencapai 8,2 juta ha. Luasan tanam dipastikan akan bertambah pada April hingga Juni 2021.
Dengan demikian, ia memperkirakan hasil produksi beras pada periode Januari-Juni 2021 sebanyak 18.5 juta ton. Sementara itu, total konsumsi pada periode tersebut yakni 1 juta ton.
"Stok akhir Juni 2021 itu diprediksi masih tersedia 9,5 juta ton hingga 10,5 juta ton beras, dan kami akan masuk di Juni-Desember," ucapnya.