Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi akan melobi perusahaan otomotif asal Jepang guna mendorong ekspor mobil Indonesia. Pasalnya, penjualan mobil dalam negeri merosot tajam sepanjang 2020 lalu akibat pandemi covid-19.
"Untuk industri otomotif ini, saya sudah meminta waktu kepada principal (perusahaan) di Jepang, karena ini banyak mobil adalah produksi Jepang, guna memastikan mereka memakai fasilitas Indonesia untuk ekspor mobil mereka ke mancanegara," ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (25/2).
Ia mengatakan Indonesia banyak memproduksi mobil merek asli Jepang, mulai dari, Suzuki, Honda, Daihatsu, Toyota, Nissan, dan Mitsubishi. Sementara itu, penjualan dalam negeri merosot tajam hingga 50 persen dari tahun sebelumnya sekitar 1 juta-1,1 juta unit menjadi 550 ribu unit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Cara Daftar UMKM Online 2021 |
Oleh sebab itu, ia berharap perusahaan otomotif Jepang tersebut bisa memberikan jatah ekspor bagi mobil yang diproduksi di Indonesia, sehingga mendorong penjualannya.
"Barang itu barang Indonesia tapi principal-nya masih di Jepang. Jadi, saya sedang akan pastikan kita dapat alokasi untuk ekspor tersebut dengan bicara kepada mereka secara persuasif," tuturnya.
Selanjutnya, ekspor tersebut diarahkan kepada negara yang memiliki perjanjian dagang dengan Indonesia, salah satunya Australia. Mendag menargetkan ekspor mobil Indonesia bisa mencapai 10 persen dari permintaan mobil Australia, yakni 1,2 juta unit setiap tahunnya.
"Australia itu punya 1,2 juta konsumsi mobil per tahunnya, sedangkan Indonesia sekarang menikmati 0 persen (bea masuk) dari pasar dengan Indonesia-Australia CEPA, jadi kita bisa ekspor mobil ke sana," tuturnya.
Selain upaya tersebut, lanjutnya, pemerintah juga memberikan insentif dalam bentuk pembebasan pungutan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil baru di bawah 1.500 CC. Bebas pajak itu berlaku pada Maret, April, dan Mei tahun ini dengan harapan mendorong penjualan mobil.
Lutfi mengatakan alasan pemerintah mendorong sektor otomotif karena sektor ini menyerap banyak tenaga kerja mencapai sekitar 1,5 juta orang.
"Jadi inilah terobosan yang ingin kami kerjakan, pertama berikan insentif, kedua berikan dorongan persuasif dan kami mesti ngomong encourage dengan perusahaan (mobil Jepang) tersebut, dan ketiga kami pastikan punya trade relationship yang baik dengan negara tujuan ekspor terutama untuk mobil," katanya.